Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kebakaran Ancam Ratusan Hektar Hutan di Sambirejo

Ratusan hektar hutan rakyat yang berada di wilayah Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman kini dalam kondisi kering dan meranggas

TRIBUNJATENG.COM SLEMAN,  - Ratusan hektar hutan rakyat yang berada di wilayah Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman kini dalam kondisi kering dan meranggas. Kemarau panjang memang telah menyebabkan dedaunan dari ribuan pohon berjatuhan karena kering, hingga menyisakan pohon tak berdaun. Tak hanya pohon, rumput - rumput pun kian mengering. "Kalau kemarau memang seperti ini, potensi kebakaran hutannya cukup tinggi," ungkap Kepala Bagian Pembangunan, Desa Sambirejo, Ngatijo, Jumat (07/9/2012).

Beruntung, meski berpotensi kebakaran hutan, menurut Ngatijo, warga setempat sudah paham benar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Semisal membakar sampah atau membuang puntung rokok sembarangan. Oleh karena itu, dirinya yakin bahwa kemarau tahun ini pun tak akan menimbulkan kebakaran hutan. Adapun, kebakaran hutan rakyat baru sekali terjadi, tepatnya sekitar lima tahun yang lalu. Kebakaran terjadi akibat kelalaian warga ketika membuang puntung rokok sembarangan sehingga menyebabkan ribuan meter lahan habis terbakar.

Upaya mitigasi bencana kebakaran, memang menjadi fokus perhatian pemerintahan desa setempat. Terlebih, hampir 90 % kawasan Sambirejo merupakan lahan hutan kayu seluas 135 hektar. Sebagian besar, ditanam berbagai produk kayu keras semisal pohon jati, mahoni, sonokeling dan akasia yang tersebar merata di seluruh padukuhan semisal diantaranya di Dawangsari, Kikis, Gedang serta Nglengkong. Di empat padukuhan tersebut, hutan kayu tumbuh dalam satu blok satu kesatuan. Hal ini menambah besar pula resiko jika terjadi kebakaran lantaran bisa meluas sekaligus.

"Kini luasnya makin bertambah karena tanah tegalan dan sawah tadah hujan beralih menjadi hutan kayu, bahkan bisa dikatakan sudah tidak ada lagi tanah tegalan," jelasnya.

Masyarakat setempat menurutnya menang lebih tertarik untuk mengembangkan hutan kayu lantaran bernilai ekonomis tinggi. Serta jika mengembangkan tanah tegalan, dirasa tidak sebanding antara pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh ketika musim panen. Sementara itu untuk kehidupan sehari - hari, mayoritas memeroleh pendapatan dari hasil menambang batu. Tak heran jika kini pohon kayu ditanam di depan, di belakang, hingga di sekitar rumah, tak hanya di kawasan khusus hutan.

Meski sudah dianggap mampu meminimalisir potensi kebakaran hutan, namun ke depannya ia memandang perlu untuk membuat regulasi tertulis semisal papan pengumuman yang senantiasa mengingatkan warga mengenai ancaman tersebut.

“Kondisi ini berulang setiap tahunnya, kalau sudah masuk musim hujan, hutan ini menjadi hijau lagi,” pungkasnya.

Menurut catatan pemerintahan daerah setempat, kawasan tersebut pertama kali dikembangkan menjadi kawasan hutan pada tahun 1971 melalui program reboisasi hutan rakyat. Warga bersama – sama mengembangkan berbagai pohon keras yang cocok dengan kondisi lingkungan yang berbukit yang didominasi oleh bebatuan kapur. Saat musim kemarau tiba, warga setempat berulang kali kesulitan memeroleh air. (mon)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved