Semarang jadi Tempat Berkesan Bagi Asty Ananta
Saya sangat senang dan suprise saat tiba di Semarang.
Penulis: adi prianggoro | Editor: agung yulianto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Adi Prianggoro
TROTOAR menjadi satu bagian yang menarik ketika Asty Ananta pulang ke daerah asalnya di Kota Semarang, pada lebaran 2013 ini.
Saat ditemui di Kawasan Simpanglima akhir pekan lalu, presenter sekaligus pemain sinetron ini terlihat enjoy menikmati suasana sore di jantung Kota Lumpia. Memakai long dress warna merah yang gaunnya hingga menutup kedua kakinya, perempuan bernama lengkap Annastya Yuntya Eka Wardhani tidak takut gaunnya kotor karena menyentuh trotoar.
Perempuan kelahiran , 19 Juni 1984 dan nak pertama dari tiga bersaudara dari H Ananta TW dan Hj Yuntianingrum ini membuktikan dengan sikapnya yang nyaman saat menikmati semangkuk bakso di tenant "Bakso Kaget" di depan toko roti Brilliant, Kota Semarang.
Anda sering memberikan tips berswisata di akun twitter. Wisata seperti apa yang paling Anda sukai?
Aku suka wisata paket lengkap.
Saya pergi ke mana dapat makanan enak, penginapan yang enak, budaya yang bagus. Kalau ngomongin kebudayaan, tradisi, makanan, Indonesia itu kaya sekali. Karena itu, saya sangat bangga mengunjungi berbagai daerah di Indonesia. Saya suka ke tempat yang orang lain belum banyak yang tahu. Belum terlalu dieksplor.
Karena Anda sangat menyukai travelling, apa memang selalu mengagendakan pergi ke tempat yang diinginkan secara rutin dan terencana?
Tidak selalu. Kalau ingin ya kabur saja. Tapi bagusan yang direncanakan. Kalau direncanakan, yang pertama kupikir; liburan dengan siapa. Kalau mau pergi sekeluarga, ya mesti pikirkan tempat yang membuat orang senang. Jangan kita ajak belanja, padahal bapak ibu yang kita ajak. Kita mesti kompromi sejak awal.
Di antara banyak tempat yang Anda kunjungi, daerah mana yang paling berkesan?
Kalau tempat favorit, ya pastinya Semarang, kota kelahiran. Setelah itu Belitung, Pulau Satonda dan Gunung Tambora.
Setiap Lebaran Anda selalu pulang kampung sekaligus menyempatkan berwisata. Apa kesan pertama soal Kota kelahiran Anda ini ketika Idul Fitri tahun ini?
Ikon Kota Semarang, kawasan Simpang Lima kini lebih bersih, tertib, dan tertata. Saya sangat senang dan suprise saat tiba di Semarang. Banyak perubahan di kota saya ini, utamanya di sekitar kawasan Simpanglima, mulai dari shelter pedagang kaki lima (PKL), penataan Lapangan Pancasila, penataan Jalan Pahlawan dan sekitarnya.
Adakah yang paling berkesan di antara sejumlah penataan Kota Semarang?
Trotoarnya lebar dan nyaman dilewati pejalan kaki. Aku sering pulang ke Semarang setiap lebaran dan kondisinya selalu berubah. Untuk tahun ini aku merasakan yang berbeda di kawasan Simpang Lima adalah trotoarnya.
Selain itu?
Aku melihat di sini (Simpang Lima) para pedagangnya tourist friendly. Para pendatang (wisatwan) dari luar kota merasa akrab dengan Kota Semarang meski baru pertama kali datang ke sini. Sopi taksi juga ramah, dan bahkan masih menggunakan argo secara jujur. Sikap ini menjadi modal penting bagi Semarang untuk mengembangkan potensi wisatanya.
(Ketika asyik mengobrol dengan Tribun, seorang bocah menghampiri dan mengajak Asty berjabat tangan."Saya boleh foto bersama kakak?," ujar bocah itu dengan nada merujuk. Asty tanpa menunggu lama langsung menggandeng bocah perempuan itu, lalu ibu dari bocah tersebut mengambil gambar memakai handphone.
Gadis cilik itu kembali mengajukan satu permintaan "Kalau saya dan ibu berdua boleh foto lagi bersama kakak ya?," ujarnya. Asti pun tertawa renyah melihat tingkah bocah itu dan ibunya. Ketiganya pun akhirnya foto bersama.)
Mengapa Anda begitu menikmati ajakan berfoto, berjabat tangan dari warga yang sama sekali belum Anda kenal?
Hal-hal seperti itu tidak aku dapatkan di kota-kota lain. Di sini (Semarang), masyarakatnya masih ramah dan santun. Kota ini sangat nyaman. Home sweet home.
