Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Menanti Bus Antarkampus

Menanti Bus Antarkampus

Editor: iswidodo
tribunjateng/dok
BRT SEMARANG 

Opini Ditulis oleh Aziz Rahardyan Mahasiswa Unnes.

TRIBUNJATENG.COM - Tahun lalu, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kota Semarang telah memastikan penambahan dua rute baru Bus Rapid Transit (BRT) pengumpan atau feeder yang akan beroperasi mulai tahun 2016. Salah satunya yakni BRT Trans Semarang koridor VI, dengan rute Universitas Diponegoro (Undip) ke Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Sesuai rancangan Dishubkominfo Kota Semarang, bus feeder tersebut akan melewati rute kampus Undip Tembalang-Jatingaleh-Taman Diponegoro-Jalan S Parman-Jalan Kaligarang-Sampangan-kampus Unnes Sekaran. Rencanaya delapan bus feeder ukuran sedang akan melayani rute tersebut. Empat armada berangkat dari Undip, sedangkan lainnya berangkat dari Unnes.

Warga Semarang khususnya civitas academica Undip dan Unnes tinggal menunggu waktu realisasi program tersebut. Kabar terbaru yang dilansir jateng.tribunnews.com (11/4) menyatakan, sebanyak 33 bus baru (termasuk delapan bus koridor VI) sudah tiba di kantor Dishubkominfo Kota Semarang. Bahkan begitu bus datang, bapak Walikota langsung nyopir, mencoba sendiri sensasi di balik kemudi bus baru tersebut. Sayangnya, Kepala Dishubkominfo Kota Semarang, Agus Harmunanto dalam laman tersebut juga mengungkapkan, BRT Trans Semarang koridor VI baru akan resmi beroperasi kira-kira pada bulan Oktober mendatang.

Banyak Manfaat

Masyarakat khususnya civitas academica Undip dan Unnes ternyata masih harus bersabar dalam menanti realisasi program BRT korior VI ini. Memang kami percaya, kajian-kajian kelayakan serta sarana dan prasarana sedang dipersiapkan oleh pemerintah. Tetapi kami juga tak bisa bohong, manfaat BRT koridor VI sebenarnya sudah ditunggu-tunggu sejak wacananya muncul sekitar setahun lalu.

Sebab, BRT koridor VI kami anggap bisa menjadi alternatif jawaban masalah kemacetan di daerah sekitar kampus yang kian sumpek. Khususnya saat peak hour (waktu sibuk) lantaran dipadadati kendaraan pribadi civitas academica maupun karyawan di jalur kampus menuju pusat kota. Kami menganggap ini sebagai kebijakan positif dari pemerintah. Jadi, jangan sampai saat nanti sudah ada BRT koridor VI, kok justru tambah macet!

Selain itu, manfaat lain dari adanya BRT koridor VI adalah terciptanya kebijakan transportasi publik sebagai penunjang pendidikan di kota Semarang. Sebab bus ini akan menjadi transportasi publik pertama yang menghubungkan beberapa kampus, sekaligus penghubung antara kampus dengan dunia luar. Hal ini akan mempermudah orang yang masih baru di Semarang, khususnya yang berkepentingan dengan dunia pendidikan untuk mencapai daerah kampus.

Alhasil, kebijakan ini secara tidak langsung juga akan mendorong kesadaran civitas academica supaya beralih menggunakan transportasi publik menuju kampus. Ataupun sebaliknya, dari kampus ke bawah (istilah pusat kota bagi mahasiswa Undip dan Unnes -red).

Pakar Transportasi Unika, Djoko Setijowarno mengungkapkan: Pengguna transportasi publik bukan warga melarat. Di mancanegara, pengguna transportasi publik warga terhormat. Pejabat sudah terbiasa naik transportasi publik untuk bekerja. (economy.okezone.com 16/2/2016)

Bukankah dosen dan mahasiswa juga merupakan lambang kaum intelektual yang dihormati dalam tataran masyarakat? Jadi bila sarana, prasarana dan fasilitas transportasi tersebut sudah ada tetapi mereka tidak memanfaatkannya, kan bisa malu sendiri, tho?

Masalah Ganda

Kemacetan yang disebabkan penumpukan kendaraan pribadi menuju Unnes kini kian parah. Ini bukan hanya dampak dari belum adanya angkutan umum yang mampu mengakomodasi mobilitas warga di jalur tersebut. Bila ditinjau dari perspektif mahasiswa, mahalnya angkutan kota (angkot) yang sudah ada juga menjadi masalah utama tidak diliriknya transportasi publik di kawasan ini.

Bayangkan saja? Misalkan saat hendak menuju kota atau Stasiun Tawang, kami harus merogoh kocek 9 ribu rupiah untuk naik angkot ke Jatingaleh, kemudian naik BRT koridor II sampai tujuan. Sedangkan untuk menuju Stasiun Poncol, kami harus naik angkot dua kali dengan total biaya 14 ribu. Itupun dengan kerelaan hati beberapa sopir angkot yang trayeknya Sampangan-Johar tetapi mengantarkan sampai tujuan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved