Musim Kemarau
Kekeringan di Jawa Tengah Meluas dan Sudah 1,4 Juta Warga Terdampak
“Tapi logika kita semua mengerti tho. Bakal banjir besok (ketika hujan deras dan tidak tertampung). Mbok kita tampung yuk untuk berikutnya. Ada nggak
Penulis: m nur huda | Editor: iswidodo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kekeringan yang makin meluas di sejumlah daerah di Jawa Tengah, menurut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, perlu ada langkah serius untuk kepentingan jangka panjang. Yaitu melakukan gerakan menampung air.
Ia mengatakan, belum banyak orang yang sadar dan memiliki komitmen untuk menjaga air. Misalnya, tidak mudah mengubah perilaku masyarakat untuk menampung air.

“Tapi logika kita semua mengerti tho. Bakal banjir besok (ketika hujan deras dan tidak tertampung). Mbok kita tampung yuk untuk berikutnya. Ada nggak kesadaran itu? Sementara ini (air) hanya lewat saja,” ujarnya, Rabu (20/9).
Ganjar mengungkapkan, pemerintah sudah berupaya membuat embung. Namun, masyarakat sebenarnya juga bisa membantu menampung air dengan menabungnya. Caranya bisa bermacam-macam, salah satunya dengan menyediakan tandon.
“Yuk kita nabung air. Nabung air itu belum kita jadikan sebuah kebiasaan,” ujarnya.
Dicontohkannya, saat masuk bulan November, akan masuk musim penghujan. Jika air ditampung maka akan sangat bermanfaat ketika musim kemarau seperti saat ini.
Pemerintah Provinsi Jateng, lanjutnya, sudah menyediakan 2.000 tangki air bersih untuk menyuplai daerah-daerah yang kini kesulitan air. Seperti di Wonogiri, Banjarnegara, Banyumas dan Kebumen.
“Dalam catatan kita ada 275 kecamatan yang terdiri dari 1.254 desa di 30 kabupaten/ kota yang dilanda kekeringan. Teman-teman di kabupaten/ kota juga sudah saya minta perhatiannya untuk ngecek terus desa-desa yang kekurangan air,” katanya.
Sejauh ini, kekeringan terbanyak untuk tingkat kecamatan di Kabupaten Banyumas, dan untuk tingkat desa paling banyak di Kabupaten Kebumen. Total jumlah kepala keluarga yang terkena dampak kekeringan sebanyak 404.201 KK atau 1,4 juta jiwa.
“Saya sudah memerintahkan pemerintah kabupaten/ kota untuk bersiaga sejak Juni lalu dan segera melaporkan kepada BPBD Provinsi Jateng apabila membutuhkan bantuan,” katanya.
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan, bahwa wilayahnya setiap tahun mengalami kekeringan mengingat kondisi geografisnya berupa batuan karst dan perbukitan. Terutama di wilayah Wonogiri selatan yang melingkupi lima kecamatan, yakni Brati, Paranggupito, Giriwoyo, Giritontro dan Eromoko.
Untukjangka pendek, yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan anggaran untuk memberi bantuan air.
Sedangkan jangka panjangnya, sudah dilakukan mulai 2016 lalu dengan mengalokasikan anggaran rutin untuk menginventarisasi potensi-potensi air bersih.
“Dalam hal ini, sungai bawah tanah akan kita angkat. Dan, 2017 ini kami sudah mengalokasikan anggaran Rp 2 miliar yang kami fokuskan untuk pengentasan air bersih di Paranggupito,” jelasnya.
Sejauh ini, ia mengaku, krisis air bersih di wilayahnya masih bisa diatasi. Apalagi, pemda juga menggandeng pihak-pihak yang konsen berpartisipasi mengatasi kekeringan. Semisal dari pihak perbankan dan wiraswasta.
“Dan yang lebih menggembirakan ada partisipasi dari masyarakat yang luar biasa. Ada kepekaan bersama dengan semangat gotong royong untuk mengentaskan kekeringan di wilayah selatan,” katanya. (tribunjateng/cetak/had)