Pentolan Snex Dukung Hapus Chant 'Dibunuh Saja' di Kalangan Suporter
Menurut Doni, seharusnya suporter saat mendukung tim kebangaannya memberi semangat.
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: suharno
Laporan Wartawan Tribun Jateng, F Ariel Setiaputra
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tewasnya suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla yang dikeroyok oknum suporter Persib Bandung, Minggu (23/9/2018) lalu menjadi catatan hitam bagi persepakbolaan tanah air.
Haringga meninggal dikeroyok di kawasan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), saat hendak menyaksikan tim kesayangannya Persija, melawan Persib.
Bahkan, dampak dari kasus ini, Liga 1 terpaksa diberhentikan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Meninggalnya Haringga juga sebagai gambaran rivalitas antar pendukung Persib dan Persija begitu panas.
Belakangan, mulai gencar seruan di kalangan suporter untuk menghentikan berbagai hal-hal yang berbau kebencian atas dasar rivalitas antar suporter.
Terutama mengenai kampanye hapus chant "Dibunuh Saja".
Baca: PSIS Akan Kembali Berlatih Awal pekan depan
Kampanye ini Termasuk melalui media sosial. akun milik fans Persebaya "Emosi Jiwaku" dan akun fans Arema "Ongisnade" juga turut mengkampanyekan penghapusan chant "Dibunuh Saja" ini.
Menyoal hal ini, salah satu dedengkot dari suporter PSIS Semarang, Snex, Doni Kurniawan mengatakan dirinya sepakat dengan ide tersebut.
Menurut Doni, seharusnya suporter saat mendukung tim kebangaannya memberi semangat. Bukan menebar rasis yang berlebihan.
"Sangatlah bagus ide itu, kita tugas suporter bernyanyi memberi semangat tim bukan menebar rasis berlebihan. Lagu dibunuh saja itu secara tidak lagsung mengajarkan mereka untuk menjadi jiwa pembunuh. Itu hal yang tidak baik," kata salah satu eks ketua koletif Snex ini, Jumat (28/9/2018).
Doni menambahkan, untuk benar-benar menghapus chant "Dibunuh Saja" memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Sebab, maksud dari lagu tersebut sudah bukan lagi untuk meneror tim lawan, melainkan sebagai lagu untuk mengejek suporter lawan.
"Semua itu juga perlu kedewasan suporter itu sendiri. Permusuhan yg mendarah daging itu tidak mudah kalau dua kubu dipersatukan dalam waktu singkat. Memerlukan proses yang lama," kata Doni.
Bagaimana dengan suporter di Semarang?.
