LIPUTAN KHUSUS: Tour Guide dan Geliat Desa Wisata di Jateng Tumbuhkan Kemandirian Ekonomi Warga
Pengelolaan potensi wisata berbagai desa di Jateng memacu kreativitas dan geliat roda ekonomi masyarakat setempat.
TRIBUNJATENG/COM, REMBANG -- Pengelolaan potensi wisata berbagai desa di Jateng memacu kreativitas dan geliat roda ekonomi masyarakat setempat.
Hal itupun terbukti mampu mendorong kemandirian ekonomi warga setempat.
Dasun merupakan sebuah desa kecil yang berjarak sekitar dua kilometer arah utara dari pusat kota Kecamatan Lasem, Rembang. Desa berpenduduk sekitar 870 jiwa itu semula jarang dilirik orang, lantaran dikenal sebagai wilayah yang tandus dan agak kumuh.
Penghasilan mayoritas warganya, dulu, sangat bergantung pada kemurahan alam, dengan menjadi nelayan, petambak bandeng, serta petani garam. Kini, geliat perekonomian warga Dasun lebih semarak, terlebih sejak desa itu dideklarasikan menjadi desa wisata pada Desember 2016.
Dalam Jambore Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) tingkat Jateng di Brebes Juli 2018 lalu, Pokdarwis Pesona Bahari Dasun berhasil menyabet gelar juara.
"Kini desa kami banyak dikunjungi wisatawan, tak hanya dari sekitar Rembang, bahkan tak jarang datang dari mancanegara," kata seorang tour gudie, yang merupakan asli warga setempat, Angga Hermansah, kepada Tribun Jateng, akhir pekan lalu.
Ia merupakan satu dari sekian warga Dasun yang turut menikmati geliat ekonomi dari semaraknya pariwisita di desanya. Hasil jerih payahnya menjadi pemandu wisata ia sisihkan untuk membiayai kuliah.
Angga saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester tiga, program studi Manajemen, Universitas Terbuka (UT) Rembang.
"Alhamdulillah, hasil dari menjadi guide bisa menunjang biaya kuliah," ucap pria yang juga merupakan Koordinator Dasun Heritage Society, komunitas yang bergerak untuk mengidentifikasi, melestarikan, dan memromosikan potensi heritage di desa setempat.
Menurut dia, saat ini yang menjadi andalan Dasun adalah susur Sungai Lasem, wisata edukasi cara membuat dan memanen garam, tabur benih dan panen bandeng, warung apung, dan lain-lain.
"Selain itu, ada beberapa potensi lain yang belum sepenuhnya tergarap," ucap Angga, yang merupakan satu-satunya tour guide berlisensi dari instansi terkait di Dasun.
Ia menuturkan, Sungai Lasem punya daya tarik wisata sejarah yang kuat. Terdapat beberapa titik di sekitar sungai itu yang dulunya menjadi galangan kapal, sejak zaman Vereenigde Oostindiscche Compagnie (VOC) hingga penjajahan Jepang.
"Sungai ini juga merupakan pintu masuk candu ke Lasem. Sisa-sisa bekas galangan kapal masih bisa kita lihat saat susur sungai," tuturnya.
Belum maksimal
Kepala Desa (Kades) Dasun, Sujarwo menyatakan, Dasun sejatinya punya banyak potensi untuk dikembangkan, hanya saja selama ini belum tergarap dengan maksimal.
Dengan kondisi itu, ia pun membulatkan tekad untuk memaksimalkan berbagai potensi yang ada. Hal itu dimulai dari pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) setempat pada 2013.