Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wawancara Lengkap Mantan GM PSIS Semarang Ferdinand Hindiarto, Ungkap Modus Pengaturan Skor

Mantan GM PSIS Ferdinand Hindiarto mengungkapkan modus-modus praktik pengaturan skor dalam sepak bola nasional.

Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: abduh imanulhaq
INSTAGRAM/FERDINAND HINDIARTO
Mantan GM PSIS Ferdinand Hindiarto mengungkapkan modus praktik pengaturan skor dalam sepak bola nasional 

Pernah bekerjasama dengan pelatih siapa saja selain dengan Sartono Anwar?

Banyak. Ada Hanafing, Ahmad Muhariah, Bonggo Pribadi, Bambang Nurdiansyah, Edi Paryono, Cornelis Sutadi, Eko Purjianto.

Ada perbedaan menangani psikologi pemain dan manajemen tim secara keseluruhan?

Background saya psikologi. Menangani psikologi tentu saya fokus ke aspek mental. Ketika jadi General Manager PSIS ya juga sama, hanya menjadi lebih luas. Semisal gaya manajemen, saya coba membuatnya seprofesional mungkin.

Seorang GM tidak akan ikut campur secara teknis dan detail. Jadi misalnya waktu pelatih memilih pemain saat seleksi, saya tidak ikut campur. Tak ada satu pun yang saya titipkan ke pelatih, meskipun banyak pemain yang kontak saya.

Saya hanya minta setelah selesai semua, tolong presentasikan ke kami. Kenapa memilih pemain ini, kekuatannya apa, kelebihannya apa. Resiko cedera ada enggak dan sebagainya.

Kalau pelatih menjelaskan dan oke, ya sudah kami nego. Kemudian manajer, saya tidak pernah ikut campur garis besarnya harus seperti apa. Yang penting terbuka, oke jalan. Manajer teknik misalnya, ya, sudah urusan teknik dia yang pegang. Saya tidak mempengaruhi.

Sewaktu pertandingan, saya berusaha untuk tidak mempengaruhi pergantian pemain. Saya hanya minta paparan dari pelatih sebelum dan sesudah main. Sejauh itu bisa dipertanggungjawabkan, itu kebebasan pelatih.

Isu pengaturan skor sedang mengemuka. Bisa cerita apa saja yang terkait pengaturan skor ini dalam kacamata Anda. Baik pengalaman sebagai psikolog tim, GM maupun  sekarang sebagai orang yang berada di luar sistem?

Juventus itu pada 2005 gelarnya dicabut terus turun ke kasta B karena pengaturan skor. Jadi kalau mau dibilang di level itu pun ada, berarti kemungkinan besar di Indonesia juga ada, ya kan. Itu nomor 1, poinnya saya pikir yang paling penting seperti itu.

Maka jawaban saya sangat mungkin, itu yang pertama. Perbedaannya adalah kalau di Italia diusut, sampai diberikan vonis kepada Juventus bahkan gelar dicabut turun ke B.

Nah di sini, kayaknya tidak akan sampai pada penuntasan kasus. Ya, akan selesai menguap. Nanti ganti musim baru ya orang-orang akan lupa. Kenapa? Ya, ini karena sikap federasi. Federasi tidak punya keinginan yang kuat untuk membereskan ini. Kalau Federasi memiliki keinginan yang kuat, saya yakin sangat mudah.

Sangat mudah, meskipun berbau tapi tidak tampak, saya pikir bisa. Wong kasus korupsi yang begitu saja bisa. Tentu ini jujur lebih sederhana dari misalnya e-KTP.

Entah kalau federasi memiliki keinginan kuat, tunjukkan sajalah kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, oke, pasti. Cuma keinginan itu ada atau tidak, saya tidak tahu.

Mengapa?

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved