Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tanggapi Faldo Maldini, Addie MS: Saya Bukan Siapa-siapa, Hanya Pengamen Biasa

Musisi Addie MS tampak perang cuitan dengan Wasekjen PAN, Faldo Maldini soal haox mobil yang ditempeli poster.

Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
kolase/tribunjateng
Twittwar Addie MS dengan Faldo Maldini 

TRIBUNJATENG.COM- Musisi Addie MS tampak perang cuitan dengan Wasekjen PAN, Faldo Maldini.

Hal tersebut tampak pada akun cuitan @addiems yang ditulis pada Kamis (31/1/19).

Semula Faldo Maldini menuliskan cuitan bahwa dia mendapat dukungan dari pengusaha.

Pengusaha tersebut merelakan mobilnya untuk dipasangi stiker bergambarkan Faldo yang maju sebagai caleg DPR dari daerah pemilihan Kabupaten Bogor.

Mahfud MD Tertawa Saat Rocky Gerung Sebut Strategi Jokowi Kacau

Dituding Tidak Netral Usai Undang Keluarga Jokowi di Ini Talk Show, NET TV: Kami Mengundang Prabowo

Mardani Ali Sera Tiba-tiba Minta Maaf Atas Pernyataannya di ILC saat Bahas Ustad Abu Bakar Baasyir

Rocky Gerung Tak Mau Diberi Pertanyaan, Reaksi Karni Ilyas Bikin Penonton Heboh

"Politik Indonesia hari ini memang berbiaya mahal, kita harus berani bawa isu ini ke publik. Kita juga harus temukan cara agar demokrasi ini bisa murah, jadi tak ada diskriminasi buat siapapun

Terima kasih atas support masyarakat atas dukungannya pd proses kampanye kami," tulisnya.

Sementara itu, Addie MS menuliskan cuitan bahwa sedang ramai hoax poster mobil yang menutupi wiper mobil dengan poster calon legislatif.

"Lagi rame hoax editan poster mobil yang nutupin wiper mobil ya? Itu maksudnya gimana sih? *kepo*," tulisnya.

Seorang netizen mengadukan cuitan Addie MS tersebut kepada Faldo Maldini.

"Bang @FaldoMaldini diomongin sama musisi beken Addie MS nih. Jawab doong," tulis pemilik akun @BobK34809040.

Faldo Maldini menanggapinya dengan mempertanyakan karya-karya Addie MS.

Faldo lantas menuliskan bahwa masyarakat di kampungnya hanya hafal lagu Rhoma Irama.

"Siapa Bapak @addiems? Lagu beliau yang mana? Orang kampung saya hapalnya lagunya Bang Haji Rhoma Irama. Mohon pencerahan," tulisnya.

Kemudian, Addie MS membalas cuitan Faldo dengan menuliskan bahwa dirinya bukan siapa-siapa.

Addie lantas mengaku hanya pengamen biasa.

"Saya? Saya bukan siapa2, nak. Hanya pengamen biasa.

Sukses selalu ya, nak," tulis Addie MS.

Netizen yang melihat postingan tersebut pun lantas meninggalkan komentar:

@jeremy_rahardjo: Mantap, kesombongan bisa dilawan dengan sikap rendah hati. Panutanku!

@Hadisang70: Salut sm mas @addiems hnya dg kerendahan hati bs mengalahkan kesombongan dan keangkuhan.

@NFEffendi: Yah semoga faldo bisa merubah stigma masy thd para tokoh politik dan tidak meniru keburukan senior2nya. Semoga juga faldo tidak mengulangi komen kurang pas spt ini demi kepentingan golongan politiknya. Krn sangat disayangkan bila ada tokoh politik muda modelnya kaya yg dulu2. (TribunJateng.com/Woro Seto)

Sosok Addie MS

Dilansir dari wikipedia, Addie Muljadi Sumaatmadja atau lebih dikenal dengan Addie MS (lahir di Jakarta, 7 Oktober 1959; umur 59 tahun) adalah salah satu dari pendiri Twilite Orchestra dan sampai sekarang masih memegang tampuk konduktor orkestra. Selain seorang konduktor, Addie juga dikenal sebagai pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan sekaligus produser musik.

Karier Addie MS

Bakat musik Addie turun dari sang kakek, Muhammad Soesilo, yang dikenal sebagai planolog yang merancang kota satelit Kebayoran Baru. Sedangkan ayahnya adalah Bandi Sumaatmadja, mantan pejuang yang menjadi pengusaha.

Keinginan Addie untuk terjun ke dunia musik sempat ditentang ayahnya. Namun penolakan dari ayahnya menjadi pemacu bagi Addie untuk menjadikan musik sebagai hidupnya.

Setelah belajar piano klasik dengan Mrs. Rotti, proses belajar musiknya lebih banyak dilaluinya secara otodidak, termasuk bidang orkestrasi, conducting, dan rekaman|Recording engineering.

Sebagai upaya untuk terus memperdalam bidang-bidang tersebut, Addie mengikuti beberapa pendidikan singkat. Antara lain, Recording Engineering Workshop di Ohio pada tahun 1984 dan Conducting Workshop yang diselenggarakan oleh American Symphony Orchestra League di Los Angeles pada tahun 1995.

Dalam conducting workshop tersebut ia mendapat bimbingan dari Jorge Mester, konduktor Pasadena Symphony Orchestra saat itu, dan Raymond Harvey, konduktor Fresno Philharmonic Orchestra.

Karier Addie di industri musik tanah air dimulai pada tahun 1979 sebagai arranger maupun produser untuk album-album rekaman penyanyi-penyanyi pop.

Penyanyi yang mendapat besutan tangan dinginnya, antara lain Vina Panduwinata, Utha Likumahuwa, Chrisye, Krisdayanti, hingga musisi mancanegara seperti Suzanne Ciani dari Amerika Serikat.

Addie telah meraih 3 Golden Trophy BASF Awards sebagai penata musik terbaik, 2 Golden Records untuk album Vina Panduwinata, dan 2 Silver Records untuk album Chrisye.

Addie pernah membuat 3 orkestrasi dalam album Dream Suite karya Suzanne Ciani, yang dinominasikan dalam Grammy Awards ke-38 sebagai The Best New Age Album.

Pengalamannya dalam dunia musik antara lain sebagai penata musik dan konduktor untuk lagu "Sayang" ciptaan Titik Hamzah pada Festival Internacional de la Cancion, Chili, pada tahun 1983 serta music director untuk BASF Awards selama 7 tahun berturut-turut. Pada tahun 2005 Addie dipercaya memimpin Manila Philharmonic dalam acara Miss ASEAN di Jakarta.

Setelah 15 tahun meninggalkan jalur musik pop dan berkonsentrasi di musik simfonik, Addie mulai berkiprah kembali di musik pop saat tampil sebagai music director dan konduktor dalam konser tunggal Vina Panduwinata, Viva Vina pada tahun 2006.

Pada tahun 1991, Addie bersama Oddie Agam dan pengusaha Indra Usmansjah Bakrie, mendirikan Twilite Orchestra, sebuah 'pops orchestra, yakni orkestra simfoni yang tidak hanya memainkan musik klasik saja, namun juga musik film, drama musikal, musik pop, dan tradisional yang diaransemen secara simfonik. Tahun 1992, tepatnya bulan Februari, Twilite Orchestra sukses menggelar konser dengan David Foster di televisi swasta RCTI.

Pada tahun 1998, Addie bersama Youk Tanzil dan Victorian Philharmonic Orchestra membuat album rekaman Simfoni Negeriku di Australia, di mana untuk pertama kalinya lagu-lagu nasional dan perjuangan Indonesia diaransemen secara simfonik dan direkam dalam format CD dan kaset.

Bersama Twilite Orchestra, di tahun 2004 Addie merilis album La Forza del Destino, sebuah album rekaman simfonik pertama di Indonesia yang menampilkan karya-karya musik simfonik klasik Barat dalam bentuk album CD.

Semangatnya dalam memasyarakatkan musik simfonik tidak berhenti di rekaman simfonik lagu-lagu perjuangan dan klasik Barat saja.

Pada tahun 2012 Addie MS membuat rekaman lagu-lagu daerah Indonesia yang digubah secara simfonik, bersama Garuda Indonesia. Album rekaman yang diberi judul 'The Sounds of Indonesia ini mampu bertahan beberapa hari di urutan teratas di Top Album, iTunes.

Addie juga menjadi penata musik sejumlah film dan pertunjukan, antara lain Biola Tak Berdawai, Dealova, Cinta Pertama, In the Name of Love, Summer Breeze, Sepuluh dan musik untuk drama musikal Opera Anoman.

Pada tahun 2003, Addie juga diberi kepercayaan oleh Panglima TNI untuk menciptakan lagu Mars dan Himne TNI.

Banyak juga perusahaan dan organisasi yang mempercayakannya untuk menciptakan atau mengorkestrasikan lagu tema atau mars mereka, seperti Garuda Indonesia, Pertamina, Summarecon, Agung Podomoro, Sharp, Kadin dan lainnya.

Sejak tahun 1998, Addie bersama Twilite Orchestra melaksanakan misi edukasi melalui konser di berbagai sekolah maupun universitas. Bersama ‘Sampoerna untuk Indonesia’, Twilite Orchestra mengadakan konser tahunan untuk mahasiswa di Istora Senayan dan di beberapa universitas dengan nama Musicademia yang telah dimulai sejak tahun 2000 sampai 2010.

Masih dengan misi yang sama, Addie mendirikan Twilite Youth Orchestra pada tahun 2004, yakni sebuah orkes remaja yang tampil di sekolah-sekolah maupun di konser umum.

Sebelumnya, Addie MS juga membentuk Twilite Chorus pada tahun 1995. Pada tahun 2009, Addie bersama Twilite Orchestra, Twilite Chorus, CIC Choir, dan beberapa solis mempagelarkan konsernya di Sydney Opera House, yang merupakan konser orkestra simfoni Indonesia pertama yang tampil di concert hall bergengsi tersebut.

Twilite Orchestra juga menjadi orkes simfoni Indonesia pertama yang tampil di Eropa ketika pada tahun 2012 berkonser di Bratislava, Slowakia dan Berlin, Jerman atas prakarsa Kemenparekraf RI, KBRI di Slowakia dan KBRI di Jerman. Di sana Addie MS memimpin 57 musisi dan 40 penyanyi Twilite Chorus. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved