ISIS Bangkit Lagi, Diperkirakan Lebih Kuat dan Menghancurkan, Inilah Negara yang Jadi Basisnya
Tapi sepertinya bukan berarti masyarakat di dunia bisa tenang dari aksi-aksi tak terduga kelompok ini
TRIBUNJATENG.COM - Kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) disebut-sebut telah runtuh.
Tapi sepertinya bukan berarti masyarakat di dunia bisa tenang dari aksi-aksi tak terduga kelompok ini.
Bahkan dilansir dari The Sun pada Minggu (30/6/2019), sebuah laporan memperingatkan ISIS kemungkinan akan kembali bahkan lebih cepat dan lebih menghancurkan.
Lembaga Studi Perang yang berbasis di Washington memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa kelompok teror brutal itu akan kembali, lebih besar dan lebih berbahaya daripada sebelumnya.
• Begini Jawaban Karni Ilyas saat Disebut Pengecut, ILC Kembali Tayang Seusai Cuti Panjang
• Hotman Paris Kembali Ungkit Saat Jadi Musuh Ayu Ting Ting Bela Anak Mantan Kapolri
• Kisah Rahmat Setelah Duel dengan Babi Hutan, Beberapa Bagian Tubuhnya Terkoyak Taring Babi
• Lucinta Luna Sebut yang Bergerak di Perutnya Adalah Anak Abash, Ini Komentar Robby Purba
Penelitian mengungkapkan, di Irak, ISIS sudah mengambil alih kendali.
Laporan itu memperingatkan, "ISIS secara sistematis telah menghilangkan para pemimpin desa dan warga sipil yang bekerja sama dengan pasukan anti-IS.
"Ini telah menerapkan kembali pajak pada populasi lokal di zona dukungan historisnya, menggusur warga sipil dan secara de facto mengendalikan kantong-kantong kecil medan di Irak."
Suriah mungkin lebih sulit untuk ISIS karena ada dukungan pasukan dari Amerika dan Rusia di sana.
Tetapi laporan itu berpendapat bahwa ISIS jauh dari 'dikalahkan', anggota kelompok teror itu hanya menyebar dan siap untuk berkumpul kembali dalam taktik perang gerilya klasik.

ISIS bangkit lagi, diperkirakan akan lebih menghancurkan
Bunyinya: "ISIS sengaja menarik dan memindahkan banyak pejuang dan keluarga mereka.
“Pasukannya sekarang tersebar di kedua negara dan mengobarkan pemberontakan.
"ISIS juga mempertahankan jaringan keuangan global yang mendanai transisinya kembali ke pemberontakan dan berhasil melestarikan senjata yang cukup dan persediaan lain dalam sistem terowongan dan zona pendukung lainnya untuk melengkapi pasukan pemberontak yang telah diregenerasi."
Studi ini mengemukakan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi telah secara sistematis mereformasi kelompok itu untuk gelombang kekerasan baru di Timur Tengah.
"Pengurangan gerak lambat wilayah ISIS dan kekuatan yang diprakarsai oleh Presiden Obama dan dilanjutkan oleh Presiden Trump memberi kelompok banyak waktu untuk merencanakan dan mempersiapkan fase perang berikutnya," kata laporan itu.
"Pasukannya sekarang tersebar di kedua negara dan mengobarkan pemberontakan."