Purworejo Pernah Terkena Tsunami 13 Tahun Lalu, Masyarakat Diminta Tetap Siap dan Waspada
Kurang lebih selama 34 hari, tim yang terdiri dari berbagai kalangan tersebut akan memberikan penilaian dan pemahaman terkait kebencanaan
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, PURWOREJO - Ekspedisi Destana Tsunami adalah kegiatan yang mensinergikan antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, NGO, media, dan akademisi untuk sama-sama bekerja sama membangun kesadaran tentang kebencanaan.
Kurang lebih selama 34 hari, tim yang terdiri dari berbagai kalangan tersebut akan memberikan penilaian dan pemahaman terkait kebencanaan.
Tim memulai ekspedisi dari Kabupaten Banyuwangi dan nantinya akan berakhir di Banten.
Seluruh pihak yang terlibat akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama yang berada di pasar, sekolah, tempat wisata, tempat ibadah, termasuk kepada pedagang yang ada di sekitar pantai.
"Ini bukankah kegiatan ceremonial, satu orang saja kalau memang cukup tidak masalah yang penting sampaikan kepada teman-temannya, sampaikan kepada lingkungannya," ujar Kasubid Peran Masyarakat BNPB, Pangarso Suryotomo kepada Tribunjateng.com, Senin (29/7/2019).
Pihaknya mengatakan jika esensi utama Ekspedisi Destana Tsunami adalah bagaimana memberikan pemahaman yang seluas-luasnya tentang bahaya tsunami.
"Kita itu sosialisasi kepada anak sekolah, bukan ke sekolahan, jadi jika sekolahnya tutup ya cari anak sekolah. Anak sekolah itu kan tidak mesti di dalam kelas," ucapnya.
Menurutnya bencana Tsunami sebenarnya sudah menjadi urusan individu.
Bandingkan dengan contoh kebencanaan yang lain seperti gunung meletus.
"Gunung berapi itu ada tahapannya yang jelas. Tetapi berbeda dengan tsunami yang sulit di prediksi," paparnya.
Sementara itu, dipilihnya pantai selatan jawa sebagai lokasi Ekspedisi Destana Tsunami memiki 2 alasan.
Pertama, dipilihnya pantai selatan jawa karena pantai selatan jawa memiliki jumlah penduduk yang cukup besar.
Kedua, ada 584 desa di sekitar pantai selatan jawa atau lebih dari 70 persen adalah desa wisata yang juga rawan terkena tsunami.
Pangarso menceritakan jika berdasarkan pengalaman pada 25 tahun yang lalu pernah terjadi tsunami di Pancer, Banyuwangi, dan yang meninggal pada waktu itu mencapai 3.200 orang.
Selain itu 13 tahun yang lalu juga pernah terjadi gempa dan tsunami di pantai selatan Pangandaran.