Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Monumen Mobil APV Merapi

mobil Suzuki APV untuk menjadi monumen kenangan bencana erupsi Merapi


Laporan Wartawan Tribun Jogya/ Jsa

TRIBUNJATENG.COM SLEMAN,- Warga lereng Merapi dan relawan Jogja Magelang Elektronik (JME) memindahkan rangka mobil Suzuki APV untuk menjadi monumen kenangan bencana erupsi Merapi. Mobil itu adalah milik seorang relawan, Agus Wiyarto. Rangka mobil dipindahkan dari bekas kediaman Dukuh Pangukrejo, Riptohartono (67) ke depan bekas kediaman Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Minggu (21/8).

Mobil itu bernomor polisi AB 1053 DB. Biru telur warnanya. Namun saat ini mobil tinggal berupa rangka berwarna cokelat akibat habis terbakar awan panas. Seluruh tubuh mobil penyok. Bagian dalamnya tinggal berupa rangka jok mobil.

Tidak mudah memindahkan rangka mobil itu. Awalnya relawan mencoba mengangkat rangka mobil itu dengan katrol bambu yang dibuat di atasnya. Setelah itu, relawan memasukkan rangka mobil ke dalam sebuah truk.     
Ukuran mobil yang besar agak menyulitkan relawan membawa mobil itu. Komandan JME, Sersan Mayor Angkatan Laut Agus Wijayanto mengatakan, kesulitan paling besar adalah saat menaikkan rangka mobil ke atas truk dan saat menurunkannya.

Mobil itu adalah mobil pertama yang naik mengevakuasi warga saat bencana erupsi Merapi pada 26 Oktober yang lalu terjadi. Saat itu, warga Dusun Kinahrejo tidak mengetahui bahwa Gunung Merapi memuntahkan awan panas.

Agus Wiyarto bersama seorang relawan Palang Merah Indonesia Bantul, Tutur Priyanto dan wartawan Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho berangkat mengevakuasi warga. Mereka naik ke atas dalam kondisi hujan abu tebal. Sekitar pukul 18.10, warga masih melaksanakan sholat Maghrib tanpa tahu bahwa bahaya sedang mengincar mereka. "Saya dan warga tidak tahu bahwa Gunung Merapi sudah memuntahkan laharnya," ujar putra Mbah Maridjan, Asih.

Saat itu warga masih tenang. Mereka tidak percaya saat mendapat kabar bahwa Merapi memuntahkan awan panas. Di barak pengungsian Umbulharjo malah ada beberapa mobil PLN yang hendak naik untuk mengadakan kontrol jaringan. Petugas PLN itu tidak mengetahui bahwa Merapi meletus.

Setelah sadar tentang adanya bahaya, 14 orang warga dan keluarga Mbah Maridjan dievakuasi dengan mobil itu. Asih turun dengan mengendarai sepeda motornya. Sampai di barak pengungsian Desa Umbulharjo, kendaraan evakuasi lain baru datang di sana.

Tutur dan Yuniawan kembali naik ke atas. Mereka hendak menyelamatkan Mbah Maridjan. Mobil sudah mereka parkir di depan rumah Mbah Maridjan. Namun mereka justru tewas bersama Mbah Maridjan di sana. Mobil itu juga tersambar awan panas dan rusak.

Saat itu kondisi mobil masih belum terlalu parah. Cat mobil berwarna biru telur masih utuh dan ban mobil masih komplit sehingga bisa dikerek turun. Empat hari setelah bencana, mobil dibawa turun ke kediaman Dukuh Pangukrejo, Riptohartono. Setelah itu, kondisi mobil semakin tambah ringsek karena Merapi kembali meletus pada 5 November 2010.

Hingga saat ini, tidak ada penggantian ataupun penghargaan apapun dari pemerintah atas mobil itu. Asih pernah mengajukan surat langsung pada Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia mengajukan beberapa permohonan, antara lain penggantian kendaraan evakuasi. "Namun permintaan itu tidak dikabulkan," katanya.

Asih juga pernah menyampaikan pada Gubernur DIY, Sultan Hamengkubuwono X. Namun Sultan menolak karena tiadanya anggaran di APBD. Sejak sekitar dua bulan lalu, pengajuan penggantian ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga belum mendapat jawaban. BNPB masih mempelajari permohonan itu.

Kepala desa Umbulharjo, Bejo Mulyo berpendapat, sebaiknya memang ada penghargaan atas mobil itu. "Mobil itu mengevakuasi keluarga Mbah Maridjan. Saya kira pantas untuk mendapat penghargaan, entah berupa penggantian atau bentuk penghargaan lainnya," kata dia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved