Tribun on Focus
Pasokan Handphone di Semarang Terkena Dampak Pengetatan Impor Ponsel
Saat ini pasokan untuk Cross A5 masih belum ada. Padahal banyak yang menunggu
Penulis: nurus saadah | Editor: agung yulianto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Nurus Saadah
DAMPAK pengetatan impor sebagaimana Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 82/2012 tentang ketentuan impor telepon seluler, komputer genggam dan komputer tablet yang diberlakukan Maret 2013, pasokan sejumlah produk handphone di Semarang sempat berkurang.
Dalam aturan tersebut setiap telepon selular, komputer genggam dan komputer tablet impor harus memenuhi standar dan persyaratan teknis, mulai dari pelabelan, buku manual dan kartu garansi purna jual dalam bahasa Indonesia. Dampaknya, importir harus mencetak kemasan Ponsel dalam bahasa Indonesia.
Merketing toko handphone MSC, Handoko mengatakan, setelah terbutnya aturan itu, pasokan handphone tersendat dan bahkan sempat berhenti, utamanya produksi China, antara lain Cross, Mito dan Asiafone. Selain itu, Nokia juga sulit ditemukan di pasaran.
"Saat ini pasokan untuk Cross A5 masih belum ada. Padahal banyak yang menunggu," katanya kepada Tribun Jateng, Selasa (20/8/2013). Handoko menyebut penjualan handphone China mencapai 60 persen dari seluruh penjualan di tempatnya. Di antara produk dari Negeri Tirai Bambu itu, Cross paling banyak diburu.
Karyawan Jala Kencana, Bellina mengatakan, di antara sejumlah tipe keluaran Cross yang kosong adalah A26. "Banyak yang cari, tapi pasokan belum ada. Peminatnya seimbang dengan Samsung. Namun sekarang sudah ada yang baru, Cross A27," katanya.
Pemilik pusat handphone di Plasa Simpang Lima, Nita Fedora Sutanto juga mengatakan hal yang sama, utamanya ketika April hingga Mei 2013 lalu. Penerapan aturan tersebut membuat pengiriman barang tersendat. "Barang belum datang padahal peminatnya banyak," katanya beberapa waktu lalu.
Bahkan, lanjut Nita, hingga pertengahan Agustus, pasokan barang untuk beberapa tipe merek Cross masih terkendala. "Advan dan Nokia juga terkena dampaknya. Samsung relatif aman," lanjutnya.
Khusus untuk Samsung, Tab-3 yang seharusnya keluar Juli 2013, hingga saat ini masih juga belum bisa dinikmati konsumen di Semarang, utamanya yang berukuran 7 dan 10 inch. “Yang 8 inch sudah masuk Semarang,” katanya.
Akibat keterlambatan pasokan itu, lanjut Nita, usahanya tidak bisa menengguk untung lebih, utamanya karena para peminat hanphone murah keluaran Cross harus balik kucing. Walhasil, untuk penjualan sebelum Lebaran tahun ini, omzet Nita mengalami penurunan hingga 30 persen dibanding lebaran tahun sebelumnya.
Pemilik Gallery Selular, Bimo Prakoso juga menyebut penurunan omzet penjualan handphone produksi China. Bila tahun sebelumnya menyumbang 40 persen penjualan di tokonya, sejak adanya peraturan Mendag, hanya berkisar 20 persen.
Roni Yulianto, Regional Head Oke Shop juga merasakan dampak aturan Mendag. "Nokia Lumia sempat kosong," katanya.
Karena minimnya barang penjualan pada Mei 2013 mengalami penurunan dan mulai naik pada Juni 2013. “Pada Juni 2013, stok lama habis,” katanya.
Pada Juli 2013, perlahan tapi pasti sejumlah barang sudah masuk ke pasaran. Kalaupun saat ini masih ada kekosongan beberapa tipe, menurut Roni, lebih karena ada kendala pengiriman yang bertepatan dengan libur Lebaran.
Di Oke Shop, yang hinga kini ada masih belum tersedia hanya type tertentu, antara lain Samsung Galaxy Grand. "Saat ini kosong dan banyak yang mencari. Biasa, kalau kosong banyak yang mencari," katanya beberapa waktu lalu.
Sejumlah pemilik toko handphone di Semarang pun yakin, kondisi ini akan normal lagi pada akhir Agustus 2013 atau pada awal September mendatang.
Saat itu, sejumlah pabrikan diperkirakan sudah siap menyesuaikan dengan peraturan baru, yakni menyediakan buku manual dalam bahasa Indonseia. Selain itu, kendala pengiriman hingga ke pengecer pun diperkirakan lancar karena mulai pekan ini, seluruh angkutan barang sudah mulai beroperasi setelah libur lebaran.