Tribun on Focus
Kisah Fasilitas Keselamatan di Objek Wisata Pantai Utara Jateng
Kalau untuk penjaga keamanan atau fasilitas penyelamat belum ada
KECELAKAAN laut di sejumlah pantai utara Jawa Tengah (Jateng) seringkali menjadi kisah pilu bagi para wisatwan. Sejumlah kasus wisatawan terseret ombak kemudian tenggelam saat sedang asyik bermain di bibir pantai, kerap terjadi di sejumlah objek wisata kawasan itu.
Yang paling akhir adalah, belasan wisatawan meninggal ketika perahu motor mereka dihantam ombak di perairan Jepara. Tim SAR yang bekerja ekstra keras, berhasil melakukan penyelamatan puluhan wisatwan yang tumpah ke laut.
Sayangnya, tidak semua objek wisata pantai punya tim penyelamat handal dan dilengkapi peralatan memadai. Di Pantai Morosari, Demak misalnya. Wahana wisata di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, ini belum dilengkapi fasilitas penyelamat.
Padahal, tempat ini menyajikan sejumlah fasilitas seperti ruang rekreasi keluarga berupa rumah gazebo dan sarana olahraga pantai seperti jet sky dan perahu kayak. "Kalau untuk penjaga keamanan atau fasilitas penyelamat belum ada," ujar Koordinator Unit Wisata Bahari Morosari, Fakhrikin kepada Tribun Jateng, Sabtu (24/8/2013).
Tak hanya itu, di panti ini juga mini rambu peringatan bagi wisatwan agar mewaspadai ombak dan kedalaman laut. Meski begitu, kata Fakhrikin, tembok pemecah gelombang dirasa cukup memberi peringatan kepada para wisatawan. “Pantai ini kan landai. Wilayah paling dalam hanya 1 meter saja,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, sejak dibuka tujuh tahun lalu itu, belum ada insiden yang menyebabkan pengunjung terluka. Namun, tetap saja ada waktu tertentu yang patut diwaspadai wisatwan, yakni saat memasuki musim penghujan karena gelombang cukup tinggi. “Biasanya bulan Februari,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak, M Ridwan. Meski Pantai Morosari relatif aman, namun potensi kecelakaan tetap saja mungkin terjadi.
"Biang keladinya tidak melulu karena minimnya petugas keamanan atau penyelamat, tapi juga manusianya sendiri. Kalau mengikuti prosedur yang ada, human error bisa diminimalisasi," ujarnya.
Tim SAR Bergilir
Sedangkan di kawasan Pantai Pasir Kencana, Pekalongan, minimnya jumlah anggota dan peralatan tim Search And Rescue (SAR) menjadi kendala jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan laut.
Karena keterbatasan jumlah personel SAR, Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan (Dishubparbud) Kota Pekalongan, Doyo Budi Wibowo, mempriotitaskan pengawasan di pantai Pasir Kencana.
Kepala Seksi Sarpras Dishubparbud Kota Pekalongan, Hengki Susilo Hadi mengatakan, saat ini hanya ada 15 anggota SAR. "Itu pun digilir untuk mengawasi wilayah pantai Pekalongan mulai dari Slamaran hingga Krematorium sepanjang delapan kilometer," ungkapnya.
Keadaan sedikit berbeda terjadi di Pantai Depok terletak di desa Depok, Kecamatan Siwalan, Pekalongan. Di tempat ini, rambu keselamatan berupa larangan berenang dalam radius sekian meter dari pantai sudah terpasang. Selain memasang rambu keselamatan, pengelola juga menyediakan pelampung.
Koordinator Pelaksana Pantai Depok, Hari Purnomo mengatakan, pengelola bekerja sama dengan Angkatan Laut (AL) Wonokerto melakukan penjagaan di sekitar pantai, utamanya saat hari musim libur. "Biasanya ada dua hingga tiga personel yang diturunkan tergantung kebutuhan," jelasnya.
Selain soal personel, kelengkapan tim SAR Pekalongan juga sangat terbatas. Saat ini, hanya ada satu unit perahu karet, 25 Leave Jacket serta sepuluh Ring boil. "Rambu tanda bahaya juga belum terpasang. Kami sudah mengajukan anggaran namun belum ada tanggapan," ujar Hengki Susilo Hadi
Selama ini, pengadaan peralatan keselamatan sebagian besar berasal dari swadaya anggota dan relawan. "Sekitar 25 saja yang dari pemerintah,” tambahnya.
Minimnya perlengkapan SAR dan rambu tanda bahaya di berbagai lokasi pantai di Pantura menjadi ironi dibandingkan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terus meningkat.
Pendapatan dari Pantai Pasir Kencana dan Slamaran, Pekalongan misalnya, pada 2012 mencapai Rp 585 juta. Tahun ini, pemerintah setempat memasang target pendapatan Rp 630 juta.
Sedangkan di Pantai Depok, Pekalongan, pada 2010- hingga 2012 terjadi lonjakan pendapatan dari yang semula Rp 10 juta pada 2010 menjadi Rp 50 juta pada 2012 lalu.
Anggarkan Rp 238 Juta
Cerita kuranganya perlengkapan di beberapa tempat wisata tidak terjadi di Pantai Bandengan, Jepara, yang letaknya sekitar 10 kilometer dari Pantai Kartini.
Di tempat wisata yang menyediakan permainan jet sky, banana boat, bahkan permainan anak-anak ini tersedia layanan jasa penyeberangan ke Pulau Panjang dengan menggandeng perahu Bahari Wisata milik nelayan lokal. Jumlah penumpang pun dibatasi maksimal 20 orang dan tidak boleh lebih.
Untuk pengamanan area pantai, pengelola Pantai Bandengan sudah memasang rambu-rambu batas yang diperbolehkan untuk pengunjung masuk ke air laut. Batas tersebut dibuat melingkar sehingga mudah untuk dipantau.
"Kita juga mempunyai gardu pandang. Namun, pembangunannya sampai sekarang belum selesai," kata Manajer Pantai Bandengan, Ahmad Khairum, kepada Tribun Jateng, Minggu (25/8/2013).
Selain itu, para para wisatawan yang sedang bermain di wahana air, diwajibkan memakai pelampung plastik yang disediakan pengelolah. Di area sekitar pantai, juga menyediakan jasa peminjaman ban karet dan pelampung lainnya bagi pengunjung yang hendak berenan
Hal yang kurang lebih sama juga bisa dilihat di Pantai Randusangan, Kabupaten Brebes. Menurut Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata, Budaya, dan Olah Raga (Disparbudpora) Kabupaten Brebes, Supriyono, pada beberapa titik di garis pantai, terdapat bendera berwarna merah sebagai penanda batas maksimal berenang di pantai.
Selain itu, ada beberapa tim SAR yang siap membantu menanggani apabila ada korban tenggelam atau pun kecelakaan di laut. "Alhamdulilah, sampai saat ini belum ada korban tenggelam. Antisipasi pencegahan korban tenggelam terus dilakukan," katanya.
Untuk mengantisipasi kecelakaan, pihaknya menyiagakan satu uni perahu karet bermesin. Pengelola juga menyediakan kotak PPPK untuk mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk mengantisipasi kecelakaan di Pantai Alam Indah, Kota Tegal, pemerintah setempat menganggarkan dana Rp 238 juta.
Menurut Kepala Bidang Kepariwisataan, Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tegal, Sukanjati, sebagian besar, yakni Rp 198 juta, akan dialokasikan untuk pembuatan dan pemasangan rambu-rambu keselamatan. Sedangkan sisanya akan digunakan untuk membangun lokasi parkir.
"Tahun lalu dianggarkan Rp 1 miliar untuk pembangunan jalan," katanya. (bay/gon/ysn/nal)