Tribun on Focus
Omzet Harian Pedagang Pasar Kliwon Turun Rp 4 Miliar Setelah Kebakaran
pedagang kecil akan terasa sekali hingga mereka mencari pinjaman uang
Penulis: m zaenal arifin | Editor: agung yulianto
PASAR Kliwon Kudus, meski berstatus pasar tradisional dan berada di kabupaten, namun cukup pengaruhnya cukup strategis dalam menggerakkan roda ekonomi di wilayah pantura timur Jawa Tengah.
Pasar tersebut merupakan pusat grosir, jujukan para pedagang untuk kulakan. Bukan hanya pedagang dari Kudus dan sekitarnya, para pedagang dari luar Jawa pun pun memilih pasar ini unutk kulakan.
Namun, kejayaan pasar Kliwon tenggelam bersamaan dengan api yang melalapnya pada 2011 silam. Transaksi mengalami penurunan setelah dua blok yaitu Blok A dan D jadi arang.
Kepala Pasar Kliwon, Kudus, Sugito mengatakan, setelah tragedi 20 Nopember hingga dua tahun berlalu, pasar Kliwon memang belum menggeliar. Jumlah barang yang bisa disediakan pedagang, tidak sebanyak seperti sebelum kebarakaran. Konsumen pun sekadan kehilangan pilihan dan tak bisa terpenuhi semua keianginannya terhadap barang.
Maklum, saat kebakaran terjadi, para pedagang baru saja menstok barang setelah habis terjual pada masa lebaran. Sehingga, setelah barang hangus, mereka tak mampu menyediakan barang seperti sedia kala.
"Sehingga, seluruh modal pedagang ikut hangus bersama barang dagangan yang terbakar," kata Sugito, saat ditemui di Pasar Kliwon Kudus, beberapa hari lalu.
Setelah kebarakaran, lanjut Sugito, pedagang harus berjibaku mengumpulkan modal agar bisa menyiapkan barang. Dengan segala keterbatasan, mereka pun kembali berjualan, meski barang yang disediakan tak sebanyak dan selengkap sebelum kebakaran.
"Bagi yang bermodal banyak, mungkin tidak begitu berat. Tapi pedagang kecil akan terasa sekali hingga mereka mencari pinjaman uang untuk kembali berdagang," ujarnya.
Sugito menuturkan, sebelum kebakaran merupakan masa jayanya para pedagang di Pasar Kliwon. Dalam satu hari, omzet penjualan bisa mencapai angka Rp 6 miliar hingga Rp 8 miliar. "Namun usai kebakaran, sekarang ini omzet per harinya maksimal hanya mencapai Rp 4 miliar saja atau turun Rp 4 miliar per hari," jelasnya.
Selain soal modal, lanjut Sugito, penempatan pedagang korban kebakaran di luar gedung pasar, lokasi mereka dikocok ulang. Sehingga para konsumen kesulitan mencari pedagang langganan mereka."Kemudian pembeli merasa enggan belanja di Pasar Kliwon. Itu satu di antara penyebab menurunnya omzet penjualan," terangnya.
Untuk mengembalikan kondisi Pasar Kliwon seperti semula, Pemkab melakukan berbagai upaya. Di antaranya melakukan pembangunan blok pasar yang terbakar.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Kudus, Sam'ani Intakoris mengatakan, pada 2012, Pemkab Kudus telah menggelontorkan dana APBD sekitar Rp 17 miliar. Dana tersebut untuk perbaikan Blok D1 dan D2.
"Pembangunan untuk Blok D sudah selesai dan sudah ditempati. Pada 2013 ini sedang dilakukan pembangunan di Blok A1 dan A2," kata Sam'ani kepada Tribun Jateng.
Sam'ani menambahkan, pembangunan di Blok A1 dan A2, Pemkab Kudus kembali menggelontorkan dana sebesar Rp 15,9 miliara. Ditargetkan, pembangunan tersebut selesai pada akhir tahun 2013. Sehingga, awal 2014 mendatang saudah bisa ditempati pedagang.
"Kami berharap ketika pedagang sudah menempati bangunan baru, mereka akan nyaman dan transaksi yang dilakukan juga nyaman. Sehingga kalau pedagang dan pembeli nyaman di Pasar, maka penjualan akan kembali meningkat," jelasnya.
Selain melakukan pembangunan Pasar yang terbakar, lanjut Sam'ani, juga akan dilakukan penataan lahan parkir. Selain itu, sistem drainase dan balai pengobatan juga akan direhab. "Pekerjaan yang itu akan dilakukan pada 2014 mendatang," ucapnya. (nal)