Community
Komunitas Berbagi Nasi Semarang, Setiap Malam Minggu Temui Gelandangan
kami bertiga terinspirasi dari komunitas Berbagi Nasi di Bandung
Penulis: yayan isro roziki | Editor: agung yulianto
Siapa bilang anak muda kongkow berujung hura-hura. Komunitas Berbagi Nasi justru membuktikan mereka berkumpul untuk menyebar kepedulian terhadap sesama yang kekurangan.
SHAFIRA Inas Nurina dan Hisyam Basyeban bergantian menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan para pengunjung di Five Points Coffee, Tembalang, Semarang, Sabtu (7/12/2013) malam.
Suasana kafe yang remang dimeriahkan oleh diskusi dan pertunjukan musik dari anggota komunitas Berbagi Nasi Semarang.
"Kami ingin menggugah rasa kepedulian sosial anak-anak muda Semarang, bahwa di sekitar masih ada orang-orang yang tidak beruntung. Bahkan hanya untuk makan saja mereka kesusahan. Meski cuma nasi sebungkus, mereka sangat menerima pemberian kita," kata Shafira kepada Tribun Jateng.
Shafira mengatakan, untuk menggugah rasa peduli anak-anak muda, komunitas yang berdiri di Semarang pada 9 Februari 2013 itu, mengadakan kegiatan amal bertajuk 'Sebungkus Berarti Lebih'. Rangkaian acara tersebut dimulai sejak 30 November 2013 lalu.
"Sebelumnya, kami mengadakan pameran foto mengenai aksi-aksi kami saat berbagi nasi," kata gadis berjilbab itu.
Acara puncak tersebut, lanjut dia, diisi dengan aksi panggung musik akustik, perkusi, galeri foto, saling berbagi info komunitas, serta belanja amal. "Dan tentu saja akan ditutup dengan aksi berbagi nasi kepada mereka yang kurang beruntung," ucap mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Undip, yang menjadi leader project acara tersebut.
Koordinator komunitas Berbagi Nasi Semarang, Hisyam Basyeban, mengatakan charity event ini untuk mengajak anak-anak muda asli Semarang untuk lebih peduli. Sebab, selama ini, para pejuang Berbagi Nasi, justru didominasi oleh mahasiswa yang berasal dari luar kota Semarang. "Bahkan, banyak yang dari luar pulau yang jauh-jauh," kata mahasiswa Arsitektur Undip itu.
Disampaikannya, komunitas ini awalnya terbentuk dari tiga orang pemuda yang gelisah saat malam minggu. Mereka ingin mengisi waktu, dengan cara-cara jalan-jalan tapi bermanfaat.
"Akhirnya, kami bertiga terinspirasi dari komunitas Berbagi Nasi di Bandung. Kami pun membentuk komunitas serupa di sini," ucapnya.
Awalnya, lanjut Hisyam, dia dan dua orang temannya hanya berhasil mengumpulkan 11 bungkus nasi. Yang kemudian dibagikan ke para gelandangan dan pengemis di sekitar Pasar Johar. "Kami biasanya beraksi mulai pukul 22.00," ujarnya.
Kini, setiap malam Minggu sekitar jam tersebut, mereka berkumpul di depan gedung DPRD Jateng, Jalan Pahlawan. Selanjutnya, mereka akan mengumpulkan donasi untuk dibelikan nasi, yang akan dibagikan kepada para gelandangan dan pengemis. "Kami menerima donasi uang, atau pun nasi bungkus," ucapnya.
Malam itu, usai acara kegiatan sosial, mereka berhasil mengumpulkan uang beberapa ratus ribu, yang kemudian dibelikan 54 bungkus nasi. "Kami bagikan untuk yang membutuhkan, terutama di Pasar Johar dan sekitarnya," tandasnya. (yan)