Travel Guide
Fransisca Lebih Tenang Berdoa di Gua Maria Sendangsono
Sering banget dikabulkan. Saya minta apa pasti diberi
Penulis: YS adi nugroho | Editor: agung yulianto
"DI Gua Maria Sendangsono, suasananya teduh. Masyarakatnya ramah, hati pun berasa nyaman. Dan, tempat ini ngangeni," ungkap Guru Sosiologi SMP Regina Pacis, Solo, Fransisca Sri Dwi Astuti.
Fransisca menjelaskan, dia sangat suka Gua Maria Sendangsono yang terletak di Dusun Semagung, Kelurahan Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. "Awalnya, lokasi ini merupakan sendang, dengan pohon sono," jelasnya.
Katanya, lokasi ini diubah menjadi Gua Maria agar tidak nampak seram. Dan, tercatat, umat Katolik pertama dilahirkan (dibaptis) di lokasi ini. Ratusan umat Katolik dipermandikan oleh Rm Van Lith SJ.
Gua Maria Sendangsono ini mempunyai arsitektur apik. Bangunannya tampak sederhana namun terlihat megah. Fransisca menjelaskan, dalam berdoa di Gua Maria Sendangsono, dia terkadang mengambil rute jalan salib panjang.
"Awalnya dari Desa Promasan. Yah, butuh waktu sekitar 90 menit. Tapi kalau jalan salib pendek sih cepat, palingan 30 menit udah kelar," ujarnya.
Menurutnya, setiap kali dia ke Gua Maria Sendangsono, hatinya berasa nyaman. "Nggak tahu kenapa tapi hati rasanya teduh," jelasnya.
Di bawah pohon Sono, dia kerap meluapkan keresahan hati melalui meditasi. Berbagai permohonan kepada Sang Penyelamat yakni Yesus pun kerap terkabulkan. Tentunya, permohonan ini melalui Bunda Maria.
"Sering banget dikabulkan. Saya minta apa pasti diberi. Ya... mungkin, nggak diberi secara langsung, tapi suatu waktu pasti diberi. Sebab, terjadilah padaku menurut kehendakMu," jelasnya.
Di kala malam hari, suasana tampak begitu sunyi. Sesekali, gesekan dedaunan pun berbunyi. Terang lilin terpancar di sekitar patung Bunda Maria.
Di sudut lain, beberapa orang mengambil air. Ada yang menggunakan untuk membasuh muka, ada pula yang menampung air dalam sebuah botol.
Tampak beberapa warung di sekitar Gua Maria. Berbagai jajanan disajikan pemilik warung. Ada pula cenderamata yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh. "Tempat ini selalu membawa kenangan. Dan, rasa ingin datang pun selalu ada," jelasnya.
Dia juga menerangkan, pada Kamis (19/12/2013) lalu, dia pulang dari wilayah di sekitar Sendangsono. "Kami menginap di home stay bersama murid-murid. Siswa-siswa pun mendapat cerita berdirinya Gua Maria Sendangsono ini," tambahnya. (Tribun Jateng Cetak/ysn)