Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Gunung Slamet Waspada

Warga Mulai Dihantui Rasa Kawatir Gunung Slamet Meletus

Sriyati (40), warga Desa Gambuhan, Pulosari, Kabupaten Pemalang mulai dihantui rasa cemas dengan aktifitas Gunung Api Slamet, Rabu (12/3/2014)

Penulis: hermawan Endra | Editor: rustam aji
tribunjateng/hermawan endra
MULAI CEMAS- Keadaan para warga yang mulai cemas terkait kondisi Gunung Api Slamet, Jawa Tengah, Rabu (12/3/2014). Mereka mulai merasakan hujan abu terjadi di tempat tinggalnya, Desa Gambuhan, Pulosari, Kabupaten Pemalang. 

Laporan Reporter Tribun Jateng, Hermawan Endra Wijonarko

TRIBUNJATENG, PEMALANG - Sriyati (40), warga Desa Gambuhan, Pulosari, Kabupaten Pemalang mulai dihantui rasa cemas dengan aktifitas Gunung Api Slamet, Rabu (12/3/2014).

Pasalnya, Sri, demikian wanita itu akrab disapa mengaku pada saat berjalan kaki menuju ke  rumah tetangganya yang berjarak 100 meter dari kediamannya dia mengaku tiba-tiba baju warna hitam yang dikenakan terkotori oleh abu vulkanik.

"Waktu itu setalah hujan deras, pas hujan reda kan saya mau ke rumah tetangga, koq baju saya kotor kayak kena debu hitam," katanya.

Sri menambahkan, jika memang pemerintah setempat memberikan tempat pengungsian dia mengaku akan segera mengungsi. Karena semenjak gunung api mengalami peningkatan aktifitas. Dia merasa selalu di hantui rasa was-was.

"Tidur gak nyenyak, ngapa-ngapain di dalam rumah juga gak enak, takut kalau tiba-tiba meletus," kata wanita yang kediamannya berjarak delapan kilometer dari titik puncak.

Sebelumnya, Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Sudrajat (52) mengatakan pada Rabu (12/3) pukul 06.54 Gunung tertinggi di Jawa Tengah itu meletus dan mengeluarkan abu Vulkanik berskala kecil untuk pertama kalinya. Lontaran mencapai 800-1000 meter ke arah Barat menuju ke wilayah Kabupaten tegal dan Brebes.

Tetapi letusan abu itu hanya bisa di amati dalam waktu yang cukup singkat karena selang beberapa menit kemudian hingga malam hari, kabut terus menyelimuti gunung yang memisahkan lima wilayah itu.

Kabut yang terus menyelimuti Gunung Api Slamet juga menjadi kendala tersendiri bagi tim pemantau, karena pihaknya tidak bisa melakukan pengamatan secara visual dan hanya bisa melakukan pemantaun dari alat bantu seismograf.

"Alat disini hanya untuk mencatat pergerakan tanah, jadi kami tidak tahu berapa kali gunung mengelurkan abu," tambahnya.

Terkait hujan abu, dirinya mengaku belum mendapatkan informasi dari Kepada Desa (Kades) daerah setempat. Namun, dari kejadian meletusnya abu pada pagi hari itu, hembusan angin memungkinan terjadinya hujan abu di berbagai daerah yang dilalui arah angin.

"Banyak yang nanya tentang pemeritaan itu, tapi saya sampai saat ini belum diberi informasi oleh Kades stempat," tambahnya.

Status hingga Rabu (12/3) pukul 19.00 kondisi Gunung Slamet masih berada di level Waspada, sehingga dibimbau bagi warga untuk tidak melakukan pendakian dan tidak ada satu aktifitas masyarakat di jarak 2 km dari puncak.

Sudrajat menambahkan, dengan adanya letusan abu vulkanik menandakan bahwa aktifitas gunung api tersebut semakin meningkat. Meski begitu dirinya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti intruksi yang diberikan pemerintah setempat. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved