SMART ELECTION
Mantan Atlet dan Pembina Olahraga Berebut Suara di Dapil Jateng I
Kresna Bayu pernah tercatat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada 2011.
Penulis: muslimah | Editor: rustam aji
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kresna Bayu pernah tercatat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada 2011. Namun hanya selang beberapa bulan, pejudo segudang prestasi ini memilih mengundurkan diri karena alasan tidak "kuat" masuk ke dalam sistem.
Saat ini, Bayu tercatat sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPRD Jateng. Dia maju lewat Partai Amanat Nasional, di Daerah Pemilihan (Dapil) Jateng I. Judoka yang sudah tiga kali membela Indonesia di Olimpiade ini mengatakan ingin menempuh jalur lain dalam rangka memberdayakan masyarakat olahraga.
"Saat menjadi PNS, saya melihat sistem yang ada kurang sesuai namun tidak bisa berbuat apa-apa. Daripada tersiksa, lebih baik memilih mundur. Sekarang saya mau mencoba lewat jalur lain. Berusaha memperbaiki prestasi olahraga, khususnya wilayah Jateng melalui lembaga legislatif," ujar Kresna Bayu kepada Tribun Jateng, beberapa waktu lalu.
Ia menegaskan, keluar dari PNS dilakukan jauh-jauh hari sebelum memutuskan terjun ke dunia politik. Setelah itu kesibukan sehari-harinya antara lain menjadi motivator dan membina dua dojo (perguruan judo) yakni Kresna Bayu Judo Camp di Tengaran, Kabupaten Semarang, dan Satria Judo Camp di Salatiga.
Persiapan maju sebagai caleg dilakukan Kresna Bayu secara matang. Dia sudah aktif turun ke masyarakat sejak 2013. Sebagai misal menjadi pembicara di berbagai kegiatan dan saat Ramadan lalu beberapa kali menggelar acara buka bersama dengan anak jalanan dan yatim piatu.
Sekarang, ia kerap tampil di beberapa reality show televisi swasta nasional. Melalui berbagai kegiatan tersebut dan sering nongol di televisi, ia berharap bisa mendongkrak perolehan suara di Pemilu April mendatang.
"Sasaran saya bukan hanya masyarakat olahraga, melainkan seluruh lapisan masyarakat. Saya optimistis bisa mendapatkan satu kursi di Jateng," tegas pria 40 tahun ini.
Jika terpilih, target utamanya tentu saja memajukan dunia olahraga di Jawa Tengah yang dinilai 'sakit'. Bagaimana tidak, daerah ini memiliki sumber daya manusia yang bagus, namun di tingkat nasional yang tercermin setiap empat tahun sekali lewat event PON, Jateng maksimal hanya mampu menempati urutan empat nasional. "Ada apa ini? Harus dicari penyebabnya. Kenapa banyak atlet potensial lari? Dan kenapa pula regenerasi berjalan sangat lamban? Padahal jika dimaksimalkan, potensi dunia olahraga Jateng sangat besar," ujarnya.
Selain Bayu, ada pula Iik Suryati Azizah yang mengincar satu kursi di Gedung Berlian. Iik, yang juga ketua umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Jateng ini maju sebagai caleg DPRD Jateng Dapil 1 dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem). "Suara yang diincar dari masyarakat olahraga saja. Kalau yang lain belum terpikirkan. Memang sangat sulit, tapi saya optimistis," ujar Iik.
Suami Iik, Bambang Siswoko, yang mantan atlet bisbol/sofbol, juga tercatat sebagai caleg. Bambang yang diusung partai yang sama dengan Iik, maju sebagai caleg DPR RI Dapil Jateng 8.
Bukan hal mudah bagi Kresna Bayu dan Iik untuk meraih satu kursi, mengingat di Dapil Jateng I, yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Salatiga, dan Kendal, persaingan antarcaleg yang memperebutkan suara dari masyarakat olahraga bukan hanya mereka. Beberapa nama yang juga terkait olahraga (atlet dan pembina) yang maju sebagai caleg di dapil tersebut, antara lain Dede Indra Permana (ketua Harian Ikatan Motor Indonesia Jateng) yang maju lewat PDIP dan Jayanto Arus Adi (ketua Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia) Jateng yang maju lewat Nasdem.
Sebagai pembina olahraga yang sudah puluhan tahun menekuni dunianya, Iik paham betul permasalahan olahraga di Jateng. Selain memimpin FPTI, dia juga tercatat sebagai pengurus arung jeram dan aktif mengikuti kejuaraan adventure off road. Itu pula yang akan menjadi fokus perhatiannya jika terpilih nanti.
Menurut Iik, perhatian pemerintah kepada para atlet belum maksimal. Saat ini memang ada penghargaan bagi para peraih medali di berbagai kejuaraan, mulai dari Kejurnas, PON, SEA Games, hingga Olimpiade, tapi jumlahnya sangat terbatas. Itu pula yang membuat banyak atlet Jateng memilih pindah ke provinsi lain karena iming-iming pekerjaan. Bagaimana pun menurutnya, mereka harus berpikir untuk masa depan. "Karena selama menjadi atlet biasanya pendidikan tidak jadi fokus utama. Jadi setelah pensiun, mereka sulit dapat kerja. Mereka memerlukan uluran tangan pemerintah," imbuh Iik. (msi)
Edisi Cetak Tribun Jateng, Sabtu (15/3)