Pemilu 2014
Spanduk Bertuliskan "Menerima Serangan Fajar" Dirazia Panwascam
Panwascam pada Senin (7/4/2014) malam, bersama satpol PP langsung datang dan melepas spanduk: 'Kami Menerima Serangan Fajar'.
Penulis: bakti buwono budiasto | Editor: rustam aji
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bakti Buwono
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemasangan spanduk antipolitik uang warga RT 3 RW 14 Tanjungsari Pedurungan Tengah Semarang, bertuliskan 'Kami Menerima Serangan Fajar' memantik panitia pengawas kecamatan setempat bertindak. Panwascam pada Senin (7/4/2014) malam, bersama satpol PP langsung datang dan melepas spanduk.
Seorang warga, Edhi bercerita,n saat itu warga sekitar langsung bereaksi dengan mencegat petugas. ketua Panwascam Pedurungan Parlindungan Manik dicegat oleh warga yang mempertanyakan apaa yang dilanggar.
""Aturannya tidak boleh dipasang melintang jalan," kata Edhi menirukan ucapan Parlindungan Manik.
Ia pun menyesalkann perbuatan itu apalagi warga mengajak mennolak politik uang. Tindakann sebaliknya justru dilakukan panwascam yang malah mencopot spanduk warga. Ia bercerita sempat melaporka masalah politik uang tapi belum diproses sampai sekarang.
Akhirnya,Ketua Panwascam Parlindungan Manik menngijinkan spanduk tetap doipasang tapi tidak boleh melintang. Hal itu membuat masalah antara wwarga dan panwascam berdamai.
Sebelumnya, Berbagai cara dilakukan warga untuk mengekspresikan diri menanggapi maraknya politik uang jelang Pemilu legislatif 2014. Seorang di antaranya, Amat Umar Andi Susilo warga RT 03 RW 14 kampung Tanjungsari, Kelurahan Pedurungan Tengah yang membuat dua spanduk bertuliskan 'Disini menerima serangan fajar' di pintu masuk kampungnya pada Senin (7/4/2014).
Di bawah tulisan besar itu ada jenis barang yang bersedia diterima warga yaitu uang, beras, gula, baju bekas, rumah, kambing, ayam, ikan dan sebagainya. Di bawahnya tertulis Kordinator lapangan : 08181818181 (bang tipu-tipu). Andi berkata, spanduk itu merupakan ekspresi kejengkelannya dengan politik uang.
"Serangan fajar itu kan kayak kentut. Tahu ada tapi susah dibuktikan," tuturnya saat ditemui di lokasi.
Ia bercerita, awal mula keresahannya karena tahu ada seorang tokoh masyarakat yang menerima serangan fajar. Entah bagaimana, serangan fajar dari seorang caleg itu membuat hubungan antarwarga jadi renggang. Semacam ada perang dingin.
Gesekkan antarwarga itu tidak tampak secara fisik. Tetapi bisa dilihat misalnya, besar-besaran bendera partai dan sebagainya. Tingkat persaudaraan di kampungnya tercederai akibat warga yang menerima serangan fajar.
Ia merasa kecewa ketika mendapati seorang tokoh bermain uang. Hal itu membuat hubungan persaudaraan jadi renggang. Karena itulah ia bersama warga menolak keras serangan fajar. (*)