Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

SUCCESS STORY

RY Kristian Hardianto Bos BPR Gunung Rizki Dulu Pernah Jadi OB

RY Kristian Hardianto Bos BPR Gunung Rizki Semarang dulu pernah kerja jadi OB dan sales beberapa perusahaan.

Penulis: deni setiawan | Editor: iswidodo
tribunjateng.com/HERMAWAN HANDAKA
RY Kristian Hardianto Bos BPR Gunung Rizki Semarang 

Laporan Tribun Jateng, Deni Setiawan

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Jika melihat ke belakang, RY Kristian Hardianto tidak menyangka bisa memiliki beberapa Badan Perkreditan Rakyat. Apalagi, ketika kuliah, dia pernah drop out karena nilai yang dimiliki selalu "merah". Terpaksa, dia pernah menjadi office boy sebuah perusahaan farmasi dan salesman untuk melanjutkan hidup.

Kristian bercerita, dia dikeluarkan IKIP (saat ini Universitas, Red) Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1985. Padahal, saat itu dia sudah menempuh studi hingga semester tujuh. "Bukan karena melakukan tindak kriminal atau sejenisnya tetapi saya terlalu asyik ikut kegiatan kemahasiswaan. Akibatnya, saya sering bolos kuliah sehingga nilai rapot selalu merah," ceritanya.

Ke luar dari kampus, Kristian melamar ke perusahaan farmasi dan obat-obatan di Solo. Meski diterima, Kristian merasa malu lantaran ditempatkan di bagian office boy (OB). Apalagi, ketika dia melihat orangtuanya. Ayah Kristian hanyalah seorang polisi berpangkat kopral tamatan SMP. Sedangkan ibunya, ibu rumah tangga tamatan SD. Melihat rekan-rekan di kampus, semangatnya mulai terlecut.

 “Obsesi saya saat itu, saya harus lebih dari OB. Saya kemudian menghadap pimpinan. Saya bisa naik jabatan kalau bekerja giat. Kesungguhan saya bekerja membuat saya akhirnya naik jabatan menjadi kepala gudang," ungkap Kristian.

Gaji sebagai OB Rp 40.000 per bulan akhirnya meningkat menjadi Rp 42.500 per bulan. Namun, hal ini tidak membuat pria yang kini menetap di Weleri, Kabupaten Kendal, itu puas. Dia masih harus hidup prihatin lantaran tingginya biaya hidup. “Bayangkan, dari gaji segitu, saya harus membayar uang kos Rp 35.000 per bulan. Sisanya untuk makan, membeli sabun, dan kebutuhan lain. Saya kembali tunjukkan kesungguhan bekerja agar naik jabatan. Hingga akhirnya, saya masuk tim marketing," jelas bapak 4 anak itu.

Mendatangi satu per satu rumah warga untuk menawarkan produk perusahaan ternyata memuaskan pimpinan. Bahkan, dia sempat dipromosikan menjadi supervisor. Namun, dia tidak pernah mencicipi jabatan itu lantaran memilih mundur karena tidak kuat lagi membiayai hidup. "Saya gonta ganti pekerjaan di lima perusahaan sebagai sales. Sampai akhirnya, saya diminta mertua mewujudkan impian membangun BPR itu," ungkapnya.

Kini, bisnis keuangan yang dilakoni pria kelahiran Yogyakarta, 24 November 1959 itu terus berkembang. Bahkan, BPR Gunung Rizki yang semula hanya ada di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Semarang, kini memiliki dua kantor cabang dan enam kantor kas di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Sukoharjo. “Dari semua hal yang saya lakoni, saya petik hikmah berharga. Saya sempat malu menjadi OB. Tetapi, jika tidak dimulai dan mewujudkan impian, saya tidak bisa seperti saat ini. Jadi, mari wujudkan impian. Entah itu dari mana awalnya,” ungkapnya. (tribunjatengcetak)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved