Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Reaktivasi Jalur Kereta Api

Sebanyak 21 Rumah, Masjid Dan Sekolah Di Bringin Retak-retak

Sebanyak 21 Rumah, Masjid Dan Sekolah Di Bringin Retak-retak diduga akibat proyek reaktivasi rel KA Kedungjati-Grobogan

Penulis: deni setiawan | Editor: iswidodo
tribunjateng/deni setiawan
Sebanyak 21 Rumah, Masjid Dan Sekolah Di Bringin Retak-retak diduga akibat proyek reaktivasi rel KA Kedungjati-Grobogan 

Laporan Tribun Jateng, Deni Setiawan

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Sebanyak 23 bangunan di Desa Wiru Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang mengalami retak di bagian dinding. Warga setempat menuding, dinding mulai terlihat retak-retak sejak dimulainya proyek reaktivasi jalur kereta api (KA) rute Kedungjati Grobogan hingga Tuntang Kabupaten Semarang.

Informasi kondisi puluhan bangunan yang retak di desa itu disampaikan warga setempat. Sudadi (40) mendata, ada 21 rumah warga, 1 masjid, dan 1 sekolah madrasah yang kondisinya cukup parah. Retakan tersebut mulai diketahui warga di saat curah hujan mulai tinggi di wilayahnya atau sekitar akhir Desember 2014 kemarin.

"Kami sudah laporkan kondisi riil tersebut ke pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Namun belum ada tindakan intensif. Kami khawatir bisa-bisa ambruk karena curah hujan masih tinggi. Sebelum mengalami retak, tanah di sekitar bangunan ambles," kata pegawai kecamatan setempat kepada Tribun Jateng, Selasa (20/1).

Menurutnya, sebab akibat amblesnya lahan warga setempat itu dipicu dalam aktivitas pengerukan tanah untuk rel KA yang mencapai kedalaman sekitar empat meter. Yang disayangkan warga, dalam hasil pengerukan pun tidak ditalud di samping kanan maupun kiri rel KA. Padahal dilihat dari ketinggian, posisi lebih tinggi rumah warga atau lebih tinggi 30 meter dari dasar rel.

"Sedikit demi sedikit, tanah di sini ambles. Semakin terasa ambles di saat curah hujan sangat tinggi di sini. Dampak dari ambles itu, dinding rumah retak-retak. Akibat itu, hampir tiap malam ada warga yang berjaga. Takut apabila terjadi longsor dan rumah kami ambruk," timpal Muriah (65) warga lain di desa setempat.

Mendengar keluhan warga, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Semarang Badrodin As'ad bereaksi. Pihaknya mendesak pihak pelaksana proyek reaktivasi jalur KA Kedungjati-Tuntang tersebut dapat menemui dan mengecek kondisi lahan. Minimal langkah tercepat yakni berdiskusi serta bermusyawarah bersama warga.

"Apabila terjadi pergerakan tahan. Di sekitar rel proyek perlu segera dipaku bumi. Jangan sampai ketika beroperasi jalur tersebut, satu persatu rumah warga ambruk. Kami mohon PT KAI sebagai perwakilan Kementerian Perhubungan dapat menindaklanjuti hal tersebut, jangan sampai ada korban dahulu baru ditindaklanjuti," tegasnya.

Berdasarkan informasi, lahan amblas yang berimbas pada retakan itu sudah mencapai panjang sekitar 300 meter. Apabila dilihat seksama, retakan pun sejajar antara bangunan satu dengan lainnya. Simpulan sementara, memang ada pergerakan tanah di bawah bangunan. Fasilitas umum yang mulai retak dan dimaksud warga itu adalah Masjid Nurul Huda dan Tempat Pendidikan Al Quran (TPA) Al Amin. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved