Darsini Tak Canggung Ziarah ke Makam Orangtua yang Berbeda Agama
Perempuan berkerudung itu tak canggung mencabuti rerumputan dan membersihkan makam orangtua dan kakeknya
Penulis: yayan isro roziki | Editor: rustam aji
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Yayan Isro Roziki
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Perempuan berkerudung itu tak canggung mencabuti rerumputan dan membersihkan makam orangtua dan kakeknya, yang berada di pekaman Kristen Arimatea, Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kudus. Darsini (45), nama perempuang berkerudung yang beragama Islam itu.
"Saya sering ziarah ke makam orang tua dan kakek. Meski kami berbeda agama, saya tetap menghormati mereka. Saya tak canggung untuk menziarahi dan membersihkan makam," kata dia, Senin (6/4/2015).
Disampaikan, riwayat perbedaan agama dalam keluarganya memang sudah lama. Namun, ditandaskannya, sampai saat ini, keluarga besarnya tersebut tetap harmonis dan tak ada gesekan.
"Bukan hanya kakek dan orangtua yang berlainan keyakinan, keluarga yang hidup saat ini juga tak semuanya seagama," ujar dia.
Disampaikan, Komplek Pemakaman Kristen Arimatea tersebut belum lama ini diresmikan. "Sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi baru diresmikan akhir pekan kemarin. Di sini yang ada bukan hanya orang Islam, dan Kristen saja, ada penganut Konghucu, Tri Dharma juga, semuanya hidup rukun," ucap dia.
Ketua Yayasan Makam Kristen Arimatea, Budi Pujiono, mengatakan selama ini tak jarang warga yang harus memakamkan sanak saudaranya ke luar desa, padahal kalau begitu kan biayanya mahal," kata dia.
Kendati demikian, diakui, makam Kristen ini sejatinya memang sudah dirintis sejak lama oleh tokoh muslim setempat, sekitar 1970-an. "Kalau soal kehidupan sehari-hari, kami memang guyub rukun dan bergotong royong," ujar dia.
Kepala Desa Tanjungkarang, Sumarno, mengatakan hibah tanah desa untuk makam ini sudah disepakati bersama antara pihaknya, BPD, dan tokoh masyarakat setempat, sudah cukup lama. Hanya, secara administrasi memang baru diserahkan kemarin, untuk kemudian disertifikatkan.
"Setelah semua proses administrasi selesai, baru diresmikan," ucap dia.
Terpisah, Pegiat Komunitas Lintas Agama dan Kepercayaan Pantura (Tali Akrap), Moh. Rosyid, mengatakan sudah sejak lama Kudus dikenal dengan toleransi ajara beragamanya.
"Hal ini tak lepas dari ajaran dari Raden ja'far Shodiq atau Sunan Kudus, salah satu tokoh Walisongo sebagai penyebar Islam di Jawa, dan Kudus, khususnya," ucap dosen STAIN Kudus itu. (*)