Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Muktamar NU

Mahfud Yakin Gugatan Soal NU Kandas

Menurut saya, muktamar itu tidak boleh dipahami sebagai proses hukum. Itu proses silaturahim yang juga berwarna proses politik

Alsadad Rudi
Mahfud MD seusai menghadiri acara pengukuhan Hendropriyono sebagai profesor, di Balai Sudirman, Jakarta, Rabu (7/5/2014) 

JAKARTA, TRIBUNJATENG.COM - Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang masih diwarnai ganjalan karena ada kelompok yang berniat mengajukan gugatan terhadap panitia ke pengadilan. Namun mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), yang juga kader NU, Mahfud MD, perhelatan tersebut tidak dapat digugat ke ranah hukum.

Muktamar NU ke‑33 memilih KH Ma'ruf Amin sebagai Rais Aam dan Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU periode 2015‑2020. Mahfud menyebut muktamar adalah proses silaturahim yang berwarna proses politik.

"Menurut saya, muktamar itu tidak boleh dipahami sebagai proses hukum. Itu proses silaturahim yang juga berwarna proses politik oleh sebab itu hasil muktamar harus diterima sebagai fakta," kata Mahfud di Jakarta, Sabtu (8/8).

Mahfud menuturkan, kalaupun hasil muktamar digugat ke pengadilan, sang pemohon akan sulit menang. Oleh sebab itu, dirinya menyarankan agar hasil Muktamar ke‑33 NU diterima oleh semua warga nahdliyin.

"Sudahlah muktamar itu sudah selesai dan diterima hasilnya. Lebih baik bersatu kembali dan diterima hasilnya," kata Mahfud. Menurut Mahfud, NU tidak perlu gonjang‑ganjing lagi dengan adanya pihak yang tak menerima hasil Muktamar ke‑33 NU.

Menurutnya, umat Islam di seluruh Indonesia menunggu kiprah NU untuk berbakti kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Terutama menangkal radikalisme, itu serius. Menurut saya, radikalisme yang ada di Indonesia itu menumpang kepada situasi sosial dan politik kita yang penuh ketidakadilan. Lalu radikalime itu muncul di situ," katanya.

Sedang Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid mengimbau NU tidak perlu lagi memperpanjang urusan. "Urusan Muktamar NU sudah tutup buku. Sudah selesai. Tidak ada manfaatnya kita perbincangkan terus. Umat sudah menanti kiprah NU yang lebih konkret dalam menjawab perubahan dan dinamika masyarakat," ujar Nusron, Sabtu.

Tak yakin

Nusron yang juga menjadi anggota formatur Muktamar ke 33 di Jombang mengungkapkan, sebagai organisasi keagamaan yang terbesar dan sudah berpengalaman, NU sudah terbiasa menghadapi perbedaan pendapat, termasuk dalam pelaksanaan muktamar.

"Di NU itu beragam model tokoh. Kalau ada konflik dan gesekan itu biasa, tapi nanti sejalan dengan waktu juga baik lagi," ujarnya. Harus segera disadari oleh NU sekarang ini, lanjut dia, bangsa Indonesia dan dunia butuh NU.

Sudah saatnya semua tokoh NU untuk bersatu dan bersinergi. Nusron menilai justru tidak mencerminkan sikap NU ketika masih ada pihak‑pihak yang kecewa dan dan ingin menggugat hasil Muktamar.

"Saya tidak yakin Pak Hasyim (KH Hasyim Muzadi) melakukan itu. Beliau orang hebat, pasti legowo. Beliau tokoh besar sudah banyak membangun NU, tidak mungkin akan merusaknya," ujar Nusron.

Menurut Nusron, muktamar memang sudah berjalan sesuai dengan ketentuan yang disepakati muktamirin. Menurut Nusron, voting 252 yg mendukung Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) sementara yang menolak 235. Jadi, dengan demikian bisa disimpulkan sebagian besar memang tidak menghendaki Hasyim Muzadi menjadi Rais Aam. "Memang maqom-nya beliau tidak di situ. Ini jalan dan ketentuan Allah SWT. Saya yakin kalau pemilihan pun, yang tidak setuju AHWA belum tentu memilih Pak Hasyim," tuturnya. (tribunnews/zul)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved