Smart Election
Kala Polwan Gagal Negoisasi Demo Plikada
Simulasi bertujuan untuk meminimalisasi gangguan kemananan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan Pemilu 9 Desember 2015
Penulis: fajar eko nugroho | Editor: Catur waskito Edy
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Fajar Eko Nugroho
TRIBUNJATENG.COM, TEGAL -- Jajaran Polres Tegal Kota, Jawa Tengah, menggelar simulasi pengamanan Pemilu 2015 serentak 9 Desember 2015 di halaman mapolres setempat, Jumat (13/11/2015).
"Simulasi bertujuan untuk meminimalisasi gangguan kemananan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan Pemilu 9 Desember 2015 di beberapa daerah," ujar Kabag Ops Polresta Tegal Kompol Muslih.
Adapun simulasi pengamanan Pemilu itu telah melibatkan 150 personil dari Sabhara, Dalmas, Intel, dan Serse.
"Simulasi pengamanan pemilu kita laksanakan di halaman Mapolresta Tegal dengan melibatkan 150 personil anggota Polisi dan sarana pendukung lainnya," jelasnya.
Ia menyebut, meskipun di wilayah Kota Tegal tidak menggelar pilkada pada 9 Desember 2015 mendatang, Namun jajaranya telah siap jika diminta untuk membantu polres-polres tetangga untuk melakukan pengamanan.
Dalam simulasi tersebut, diawali adanya keributan di salah satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) karena ada pihak yang keberatan dengan hasil perhitungan suara sementara.
Selanjutnya oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) maupun Panitia Pemungutan Suara (PPS) permasalahan ini diselesaikan di kantor KPUD.
Sambil membawa kotak suara yang dikawal anggota polisi, kelompok yang protes dengan hasil perhitungan suara menuju kantor KPUD dan diterima langsung oleh Ketua KPUD.
Langkah pengamanan yang pertama, Polwan di Jajaran Polresta Tegal diminta untuk menenangkan massa yang kecewa dan tidak terima dengan hasil keputusan KPUD.
Namun, diskusi dan penanganan koordinasi yang dilakukan Polwan serta petugas lainya tidak mampu menahan amarah dari massa. Kemudian pasukan Dalmas mencoba ambil alih untuk pengamanan di lapangan.
Massa yang sudah terlihat emosi dan marah kemudian terlibat bentrok dengan petugas Dalmas dilapangan. Karena dilihat pasukan Dalmas mulai pontang panting melawan massa yang sudah mulai anarkis, kemudian tim Sabhara menggunakan anjing dan tim pengurai massa yang menggunakan sepeda motor bersenjata lengkap memaksa membubarkan massa.
Menurutnya, hal-hal yang disimulasikan tersebut adalah kemungkinan terburuk yang dapat terjadi di lapangan saat pelaksanaan pemilu mendatang. (*)