Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Outlook 2016

Eddy Raharto Proyeksikan Ekspor Impor 2016 di Jateng, Industri Apa yang Prospek?

Eddy Raharto Proyeksikan Ekspor Impor 2016 di Jateng, Industri Apa yang Prospek?

Penulis: bakti buwono budiasto | Editor: iswidodo
tribunjateng/dok
Eddy Raharto Proyeksikan Ekspor Impor 2016 di Jateng, Industri Apa yang Prospek? 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Tahun 2015 menjadi periode nan berat bagi pengusaha ekspor-impor. Berbagai kendala muncul, mulai pelemahan ekonomi global, fluktuasi rupiah, hingga ketidakstabilan politik. Hal itu memengaruhi kinerja. Ekspor

Jateng sepanjang Januari-Oktober 2015 tercatat menurun 9,96 persen menjadi 4,5 miliar dolar AS dari periode sama tahun lalu. Sementara impor, sepanjang Januari-Oktober 2015, turun 35,72 persen menjadi 9,21 miliar dolar AS dari periode sama tahun lalu.

Meski demikian, pelaksanaan MEA pada awal 2016 bakal memacu ekspor-impor. Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Jateng, Eddy Raharto, berbincang secara khusus tentang harapan pada tahun depan. Berikut petikan wawancaranya dengan wartawan Tribun Jateng, Bakti Buwono.

Bagaimana proyeksi kondisi ekspor-impor pada 2016?
Saya bukannya pesimistis. Para pengusaha selalu optimistis. Tapi, berkaca pada 2015, saya rasa kondisi ekspor-impor di Jateng masih stagnan karena pengaruh tahun sebelumnya. Sebenarnya, pada kuartal pertama 2015, kinerjanya cukup menjanjikan. Sayang, masuk kuartal dua, kinerja ekspor-impor agak menurun. Masuk kuartal tiga, lonjakannya pun tidak signifikan. Banyak masalah yang memengaruhi, antara lain, penurunan perekonomian global serta anjloknya nilai tukar rupiah. Jangan kira kurs dolar naik membuat eksportir untung. Dari 153 anggota GPEI, tidak ada 50 persen yang untung. Sebab, sebagian besar bahan baku masih impor. Ditambah, kondisi ekonomi di negara tujuan melemah. Permintaan menurun. Meskipun menjelang 2016 banyak negara yang mulai bangkit, perekonomian tak serta merta mengikutinya.

Apakah ada peluang menggeliatkan lagi ekspor dan impor?
Tentu ada. Belajar dari pengalaman 2015, saya kira para eksportir harus tetap melakukan efisiensi. Dalam hal ini, mereka mengurangi ketergantungan bahan baku impor untuk komoditas ekspor. Pada 2016, segala produk ekspor yang merupakan kebutuhan dasar masih bisa berkembang. Berbeda dengan produk ekspor bernilai sekunder. Tahun depan, para pengusaha jelas harus mengurangi kandungan impor serta memperluas pasar. Selama ini, pasar jujukan eksportir Jateng masih seputar Eropa atau Amerika Serikat. Jika dua negara itu terkena krisis, para eksportir terdampak. Akibatnya, mau tidak mau, para pengusaha harus mencari negara tujuan ekspor baru yang perekonomiannya tidak begitu terdampak situasi global. Negara MEA bisa jadi tujuan.

Apa keuntungan adanya MEA di tengah pertumbuhan nan stagnan?
Bicara soal negara ASEAN, MEA hanya seperti menghidupkan pasar lama yang selama ini tidak digarap. Namun, berhasil tidaknya Jateng berkompetisi di MEA tergantung oleh kesiapan pemerintah, masyarakat, serta pengusaha dari sisi produk atau jasa: bagaimana cara agar produk Jateng bisa masuk ke negara ASEAN lain. Meski ada peluang karena lunturnya batas antarnegara, produk Jateng yang akan diekspor harus dikemas sedemikian rupa.

Apalagi, sebenarnya, negara serumpun merupakan pesaing di tingkat internasional. Industri harus menyesuaikan diri dengan pengemasan produk yang lebih kreatif. Jateng harus membuat produk yang tidak dipunyai negara lain. Satu di antaranya adalah pemberdayaan UKM. Menurut saya, memasuki era MEA, produk UKM bakal bersinar dengan kekhasan masing-masing. Kalau eksportir jeli, hal tersebut bisa jadi peluang baru daripada menggarap pasar tradisional yang jelas-jelas tengah lesu. Kuncinya adalah mengubah pola pikir: jangan mengeluh dan teruslah mencari solusi.

Faktor apa saja yang mendukung? Sektor apa saja yang akan menjadi pendorong? Apa alasannya?
Sebenarnya, Jateng punya faktor pendukung yang mampu menggeliatkan ekspor-impor pada tahun mendatang, yaitu sektor pertanian, perkebunan, dan hasil laut. Di Thailand, tanaman cincau sangat dicari. Di sana tidak ada, sedangkan di sini belum dibudidayakan. Kopi juga bisa dijual, apalagi Jateng punya sumber daya alam. Sebisa mungkin jangan hanya menjual bahan mentah. Para pengusaha harus memberi nilai tambah.

Sejauh mana paket kebijakan ekonomi pemerintah bakal menopang ekspor-impor di Jateng?
Skala makro paket ekonomi akan menopang. Tetapi, pengusaha secara mikro juga harus efisien, inovatif, dan kompetitif. Menurut saya, pemerintah harus mengeluarkan paket ekonomi yang bisa menyetabilkan nilai tukar rupiah. Bagi kami, dolar naik tetap percuma jika perekonomian negara tujuan juga lemah. Kami lebih suka ada kestabilan nilai rupiah pada tahun mendatang.

Bagaimanapun, beberapa paket ekonomi yang dikeluarkan oleh Jokowi termasuk luar biasa. Hal yang perlu diperhatikan pemerintah hanyalah perbaikan infrastruktur. Perbaikan jalan akan berdampak besar terhadap perekononian. Di sisi lain, saya berharap, tahun depan ada pemulihan situasi politik yang berujung kepada perbaikan aturan terkait ekspor-impor. Sebagai pengusaha, apapun aturannya, kami tetap jalan asalkan jangan menambahi beban. Satu lagi, hal yang menjadi sorotan para pengusaha adalah ketersediaan energi. Para pengusaha menilai, ketersediaan energi, baik listrik atau gas, belum mampu mendukung proses produksi.

Industri apa yang paling prospek?
Industri berbasis bahan lokal, herbal, kuliner, dan wisata. Banyaknya perusahaan jamu di Jateng bisa jadi aset tersendiri. Indonesia merupakan pasar besar. Berbicara tentang MEA, jangan sampai kita hanya jadi penonton. Sebagai negara berpenduduk besar, seharusnya barang dalam negeri bisa membanjiri pasar Asia Tenggara. (tribunjateng/cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved