Outlook 2016
Ini Proyeksi Ekonomi Jateng 2016 Menurut Pengamat Ekonomi Undip FX Sugiyanto
Ini Proyeksi Ekonomi Jateng 2016 Menurut Pengamat Ekonomi Undip FX Sugiyanto
Penulis: hermawan Endra | Editor: iswidodo

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Pemerintah Jawa Tengah (Jateng) memasang target pertumbuhan ekonomi pada 2016 mendekati angka enam persen. Sementara pertumbuhan ekonomi di Jateng pada akhir 2015, diperkirakan di posisi 5,2 persen. Keyakinan tersebut didasarkan atas pertumbuhan ekonomi saat ini di Jateng yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional sebesar 4,7 persen.
Belum lagi sokongan proyek infrastruktur di kabupaten/kota yang sebagian besar telah tuntas. Lalu, apa kata pengamat terkait kemungkinan pencapaian Jateng pada tahun depan? Berikut petikan wawancara wartawan Tribun Jateng, Hermawan Endra W, dengan pengamat ekonomi Universitas Diponegoro, FX Sugiyanto.
Bagaimana potret pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2015?
Secara umum, perekonomian di Jateng lebih baik dibanding pencapaian di tingkat nasional. Pun dengan beberapa provinsi lain, khususnya yang basis ekonominya bergantung kepada produk-produk primer. Kalimantan, misalnya, selama ini tak bisa lepas dari pertambangan. Namun, dibanding Bali dan Sulawesi, posisi Jateng memang masih kalah. Dua daerah itu berbasis ekonomi di bidang jasa.
Bagaimana proyeksi ekonomi Jateng pada 2016?
Tampaknya akan lebih baik dibanding 2015. Saya memprediksi, pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2015 ada di kisaran 5,1 persen sampai 5,3 persen. Sementara tahun depan, pertumbuhannya bakal lebih tinggi, antara 5,2 persen sampai 5,6 persen.
Apa saja yang menjadi faktor pendukung?
Utamanya adalah kesiapan infrastuktur, antara lain, listrik serta jalan yang mulai terbangun. Perlu diketahui, persoalan listrik tidaklah mudah untuk diatasi. Begitu pula ketersediaan infrastruktur jalan, jika sudah terselesaikan, bakal menghemat dan menurunkan daya jual produk. Dulu, waktu tempuh dari Bawen ke pelabuhan butuh dua jam. Tapi, sekarang bisa ditempuh hanya dalam satu jam. Artinya, ada penghematan biaya transportasi yang berpengaruh terhadap harga barang.
Lantas, apa saja faktor yang menjadi penghambat?
Fokus Pemerintah Provinsi Jateng harus lebih jelas pada 2016. Sebagai misal, gubernur perlu lebih konkret melanjutkan kebijakan mengenai kartu tani dan kartu nelayan. Gubernur juga perlu mengoptimalkan kinerja tim. Sebab, menurut pengamatan saya, irama kerja gubernur belum bisa diikuti oleh para bawahan. Mereka masih terkungkung oleh rezim administrasi sehingga kreativitas tim gubernur sangat diperlukan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, gubernur perlu mendorong birokrasi supaya bekerja lebih produktif.
Kira-kira sektor apa yang akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Jateng? Apa alasannya?
Tekstil bakal tumbuh pada 2016. Sektor itu akan berkembang dari indikator-indikator yang sekarang ada. Jateng merupakan daerah berbasis industri pengolahan, selain juga perdagangan. Banyak orang mengatakan, Jateng riskan karena bergantung kepada komoditi-komoditi tertentu, khususnya tekstil dan kayu. Namun, tekstil ada spirit baru. Sampai November 2015 kemarin, ada peningkatan cukup besar dalam hal ekspor tekstil dan produk dari tekstil. Dan, hal tersebut sebenarnya merupakan hasil relokasi perusahaan. Kondisi ini adalah kebangkitan kedua. Artinya, harapan untuk meningkat lagi akan lebih besar pada 2016.
Selain tekstil, industri kreatif, wisata, dan hiburan juga akan tumbuh seiring peningkatan pendapatan masyarakat. Lebih-lebih, Kota Semarang merupakan daerah yang minim tempat rekreasi.
Faktor apa yang menjadi daya tarik relokasi Industri di Jateng?
Suka atau tidak, satu faktor penarik relokasi industri di Jateng adalah upah buruh yang relatif lebih rendah. Jateng juga minim gejolak pekerja. Faktor selanjutnya adalah tumbuhnya optimisme terkait pembebasan lahan yang mulai menunjukkan hasil serta pembangunan sejumlah infrastruktur.
Bagaimana kesiapan Jateng menghadapi relokasi industri?
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, terutama lahan. Berikutnya, pemerintah bisa menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berketerampilan serta kemampuan sesuai kebutuhan industri.
Solusi mengatasinya?
Dalam jangka pendek, kekurangan tenaga kerja terampil bisa diatasi dengan cara mendatangkan SDM dari daerah lain atau mewajibkan semua sekolah kejuruan mempunyai jenis kompetensi tertentu bersertifikasi standar. Untuk jangka panjang, perlu perubahan kurikulum yang didesain berdasarkan kebutuhan pasar sekarang atau masa mendatang. Guna mewujudkannya, butuh kerja sama dengan pihak terkait, dunia pendidikan, pengusaha, dan pemerintah.
Sementara soal lahan, solusinya tidak mudah karena selalu ada dilema. Lokasi yang diminati industri biasanya merupakan lahan produktif sehingga ketika terjadi pengalihan, bisa berakibat kepada ketahanan pangan dan sebagainya. Jadi, harus ada jalan keluar, semisal tanah-tanah tidak produktif disokong oleh infrastruktur, terutama jalan, air, dan listrik.
Sejauh mana paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid 1-8 bakal menopang perdagangan di Jateng?
Terkadang, masyarakat ingin segera mendapatkan hasil. Padahal, di satu sisi, hasil baru bisa kelihatan beberapa tahun kemudian. Artinya, setiap kebijakan pemerintah pastilah berpengaruh terhadap sektor perdagangan dalam negeri.
Bagaimana kesiapan Jateng menghadapi MEA?
Pemerintah cenderung lambat merespon. Isu Pasar Tunggal ASEAN atau MEA sudah cukup lama menggaung, tetapi baru dua tahun terakhir diperhatikan oleh publik. Kita cenderung tidak peduli. Kesimpulannya, kita terlambat mengantisipasi pasar bebas ASEAN.
Bagaimana solusinya?
Apapun yang terjadi harus tetap bertarung. Bangun mentalitas bersaing. Mentalitas bersaing dibentuk oleh keyakinan bahwa kita akan menang dalam kompetisi. Menurut saya, persaingan MEA sangatlah bagus agar negara bisa berkembang lebih baik.
Terakhir, bagaimana pertumbuhan pasar e-commerce pada 2016?
Pasar itu akan semakin kuat. Perdagangan via dunia maya bakal merajalela. Generasi sekarang bukan lagi X melainkan W. Mereka paham bahwa teknologi informasi merupakan medium yang luar biasa dalam menciptakan penghematan-penghematan di setiap aktivitas ekonomi. (tribunjateng/hermawan endra)