Keren, Anak-anak di Kudus Ini Main Sepeda Roda Satu untuk Mengisi Liburan
Keren, Anak-anak di Kudus Ini Main Sepeda Roda Satu untuk Mengisi Liburan
Penulis: yayan isro roziki | Editor: iswidodo
Laporan Tribun Jateng, Yayan Isro Roziki
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Tawa riang belasan anak-anak terdengar renyah, saat mereka bermain dan berlatih mengendalikan sepeda roda satu (unicycle), laiknya pemain sirkus, di lapangan Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Rabu (30/12). Sesekali, mereka terjungkal saat tubuh kehilangan keseimbangan.
Namun, mereka hanya meringis dan kemudian kembali tersenyum, tak ada tangis saat terjatuh. Satu di antara belasan anak tersebut adalah Ahla Anfnalda (7), siswa kelas II SDN 1 Tanjung Karang.
"Senang, tetap semangat meski berkali-kali terjatuh. Lebih seru daripada hanya main game di rumah," kata Ahla, sembari tersenyum, malu-malu.
Senada disampaikan Ahmad Faisal Abas (12), siswa kelas VI SDN 3 Loram Wetan. Ia tampak lebih lihai menyemimbangkan tubuh, sehingga sepeda roda satu yang dikendarainya berjalan mulus.
Saat melewati medan yang agak tak bersahabat, tangannya tampak seperti melambai-lambai.
"Tangannya memang gak bisa diam, gerak-gerak untuk seimbangkan badan," ujar dia.
Setelah beberapa kali mulus melewati medan yang tak rata, toh akhirnya Faisal akhirnya jatuh juga. "Jatuh kalau di lapangan rumput gini ndak begitu sakit, kami senang bisa seru-seruan bersama teman," sambungnya.
Disampaikan, ia lebih senang bermain sepeda roda satu, ketimbang bermain game playstation di rumah. Menurutnya, melatih keseimbangan tubuh dengan mengendarai sepeda roda satu lebih menantang.
Pelatih unicycle, Nur Isman, mengatakan saat ini ada 16 anak yang berlatih dengannya. Anak-anak itu, ujar dia, tak hanya berasal dari Loram Kulon, melainkan juga dari desa sekitar.
Disampaikan, hal terpenting dalam mengendalikan sepeda roda satu adalah kemauan dan keberanian, baru kemudian keseimbangan. Menurut dia, banyak anak-anak di sekitar rumahnya yang mulanya begitu tampak antusias bermain sepeda jenis ini.
"Namun, karena kemauan yang kurang kuat, baru mencoba satu-dua hari sudah ndak mau, katanya sulit," ujar dia.
Ditambahkan, rata-rata butuh waktu berlatih satu - dua minggu untuk bisa mengendalikan sepeda yang biasa digunakan dalam pertunjukan badut atau sirkus itu. "Ada juga yang lebih dari itu, tergantung ketelatenan dan keuletan si anak," ucapnya.
Dikatakan, tak perlu biaya mahal untuk dapat bermain unicycle. Menurutnya, sepeda roda satu yang saat ini digunakan untuk bermain belasan anak asuhnya berasal dari barang bekas.
"Garpu atau porok depan sepeda biasa dipotong dan dimodifikasi. Kemudian dicenterkan lagi, biar seimbang dan tak gampang terjatuh saat dinaiki," terang dia.
Diakui, untuk merangkai satu unicycle dibutuhkan biaya sekitar Rp150 ribu. "Harga segitu semua dirangkai dari barang bekas, mulai garpu, ban, velg, hingga sadelnya. Ndak apa-apa, yang penting anak-anak enjoy," aku Isman. (*)