Kartel Ayam Jawa Tengah

Dua Perusahaan di Jateng Diduga Terlibat Kartel Ayam

Tiap 200 ekor ayam itu butuh delapan karung pakan jenis BR-1. Tiap karung pakan harganya cukup mahal yaitu Rp 350 ribu

youtube
Ilustrasi 

GROBOGAN, TRIBUNJATENG.COM - Suara Suwignyo terasa berat saat menceritakan kondisi peternakan ayamnya. Warga Purwodadi, Kabupaten Grobogan itu merugi puluhan juta rupiah.

Para perternak di Jawa Tengah, termasuk, Suwignyo, menduga kerugian mereka akibat permainan kartel ayam, yang kini tengah diinvestigasi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Suwignyo memanen ayam Joper (Jowo Super) miliknya pada pertengahan Februari lalu. "Hitungan saya, tiap ekor ayam merugi Rp 2.700," katanya kepada Tribun Jateng, pekan lalu. Ia mempunyai tiga kandang ayam dan tiap kandang terisi sekitar 2.000 sampai 3.000 ekor ayam. Jika dikalkulasi, Suwignyo merugi hampir Rp 25 juta.

Suwignyo mengaku modal yang dikeluarkan cukup besar untuk memelihara ayam. Ia membeli bibit ayam Joper atau COD seharga Rp 4.700. Biaya pemeliharaan tiap ekor rata-rata Rp 20.000 per ekor. Itu meliputi pembelian vaksin, vitamin dan pakan.

"Tiap 200 ekor ayam itu butuh delapan karung pakan jenis BR-1. Tiap karung pakan harganya cukup mahal yaitu Rp 350 ribu," ujarnya.

Jadi rata-rata ia mengeluarkan modal sebesar Rp 24.700 per ekor. Ia pun terpukul dengan kondisi harga ayam yang mendadak anjlok. Saat panen, ayamnya hanya dibeli Rp 22.000 per ekor.

"Saya sudah memohon agar harga seperti sebelumnya yaitu antara Rp 28.000 sampai Rp 30.000, tapi para pengepul bilang harganya cuma segitu," jelasnya.

Suwignyo menuturkan, ayam jenis Joper bukan ayam kampung biasa. Ayam Joper diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan di rumah makan, dan kebutuhan daging ayam di pasar. Sehingga, masa pemeliharaannya pun singkat yaitu dua bulan saja. Sedangkan ayam kampung asli membutuhkan waktu enam bulan untuk siap panen.

Saat dipanen, tiap ayam Joper setidaknya memiliki berat 1 kilogram. Meski demikian, tinggi ayam Joper sudah terlihat seperti ayam dewasa. Hal itu dikarenakan ditunjang vitamin. "Satu ekor ayam Joper sama halnya membeli 1 kilogram daging ayam," tandasnya.

Suwignyo menduga, anjloknya harga ayam saat itu dikarenakan ada permainan. Pasalnya, daging ayam di pasaran tidak turun.

Selain itu, perubahan harga juga terjadi secara mendadak. "Kemarin itu kan lagi rame kartel daging ayam. Mungkin itu yang menyebabkan harga anjlok. Hanya saja, saya tidak tahu siapa yang ikut mempermainkan harga," cetusnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved