Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

success story

Kisah Untung Hartono Garudajaya Sukses Tekuni Bisnis Aksesoris Mobil

Kisah Untung Hartono Garudajaya Sukses Tekuni Bisnis Aksesoris Mobil

Penulis: hermawan Endra | Editor: iswidodo
tribunjateng/hermawan endra
Kisah Untung Hartono Garudajaya Sukses Tekuni Bisnis Aksesoris Mobil 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Krisis ekonomi dan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) menjadi hantaman terberat Untung Hartono menjalankan bisnis aksesoris mobil. Berbekal ketekunan dan keuletan, dia mampu bangkit hingga bisnis yang dijalankan menjadi satu yang terbesar di Kota Semarang. Seperti apa prinsip yang dijalankan, berikut penuturan owner Garudajaya Untung Hartono kepada wartawan Tribun Jateng Hermawan Endra Wijonarko di kantornya di Jalan dr Cipto 143 Kota Semarang.

Kapan Anda mulai merinits usaha ini?
Sejak 1996. Saya tak langsung membuka usaha bidang aksesori mobil tetapi oli. Karena saat itu, saya dan kakak yang sama-sama baru lulus kuliah, dipercaya produsen oli merek Motul untuk memasarkan.
Belum lama menjalani, saya berpikir, keuntungan usaha ganti oli sangat kecil, cuman Rp 12 ribu - Rp 15 ribu. Sehingga, untuk mengembalikan nilai investasi tanah dan bangunan sangat lama.
Akhirnya, kami punya ide menambah aksesoris mobil sebagai pelengkap. Apalagi, tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang turut memicu kenaikan harga oli hingga tiga kali lipat. Sejak saat itu, saya menjalani usaha ini seorang diri sedangkan kakak memilih usaha lain.

Tantangan yang dihadapi?
Tahun 1998, saya belum punya arahan bisnis. Akhirnya, saya mencoba menyusun ulang rencana usaha, terutama pelayanan dan menentukan segmentasi pasar. Dari situ, pelanggan bermunculan. Penjualan aksesoris mobil mampu menutup kelesuan penjualan oli. Hingga akhirnya, saya fokus pada aksesoris mobil dan meninggalkan bisnis ganti oli.
Tapi, di tahun 2003-2004 muncul badai kenaikan bensin dan suku bunga bank. Orang cenderung mengerem pembelian sementara angsuran kredit usaha naik 50 persen. Secara rohani, saya dibangun di titik ini. Sampai-sampai, istri yang saat itu mengurusi keuangan usaha, tanpa sepengatahun menjual emas-emasnya dan mencairkan asuransi untuk menyambung hidup agar tidak mem-PHK 13 karyawan.

Kenapa mempertahankan karyawan?
Saya anggap mereka sebagai keluarga. Berat melepas karyawan jika dari dia sendiri tidak menginginkan keluar kerja. Pemikiran saya, mereka bekerja, susah senang melayani customer sejak pagi sampai sore. Bahkan, bisa dibilang, waktu bersama keluarga mereka lebih sedikit dibanding buat saya.

Pernah berpikir berhenti berwirausaha dan beralih menjadi pegawai?
Jiwa enterpreneur saya besar. Orangtua juga mendidik menjadi wirausaha. Jadi, meski mengalami kesulitan dalam berbisnis, saya tetap pernah berniat menjadi pegawai.

Apa yang dilakukan untuk bangkit?
Secara bisnis dan manajerial, saya menjalin banyak relasi dengan tokoh-tokoh yang lebih dulu terjun di bisnis modifikasi dan aksesoris kendaraan. Dari mereka saya belajar dan mendapat inspirasi. Apalagi, mereka tidak pelit berbagi ilmu.

Pernah, saya pergi ke Jakarta beberapa hari hanya untuk ngobrol dengan bos-bos ini. Terutama, mencari ilmu bagaimana agar percaya diri menjajakan barang, pelayanan dan sistem manajerial. Ada yang bilang, kalau kita pukul semua customer yang memodifikasi audio dengan ongkos mahal, masyarakat akan punya image car audio itu mahal. Kedua, kalau kita cuma ngomong besar tapi ternyara kualitas jelek, customer kecewa dan tidak bakal kembali. Jadi, harus komit pada pelayanan. Semisal, konsumen minta audio harga Rp 3 juta maka beri yang terbaik di harga segitu. Jangan ada pikiran memberi barang kacangan walau mereka meminta harga murah.

Dari situ, saya menemukan prinsip, sesuatu itu harus berkomitmen. Omongan atau janji itu harus dipegang, ke siapapun, baik vendor maupun konsumen. Orang baik dan orang jujur itu susah dicari karena itu, jadilan baik dan jujur supaya semua orang mencari kita.
Dari sisi rohani, saya banyak mendapat inspirasi dari pendeta Petrus Agung Purnomo. Beliau selalu bicara positif dan memotivasi. Saya memang tak punya pilihan, mau melepas usaha dan mencari pekerjaan lain, modal saya habis. Akhirnya, saya menerapkan prinsip marketing rohani. Di antaranya, sikap "dlosor" kepada Tuhan yang juga saya terapkan kepada konsumen yang datang.

Bagaimana persaingan di bisnis ini?
Saya tidak ingin menjadikan kompetitor sebagai musuh. Saya lebih suka jalan sama-sama. Namanya orang kerja, suatu saat pasti butuh bantuan karena mereka lebih ngerti usaha aksesoris mobil. Kalau mau berpikir serakah, di Semarang, tidak ada usaha aksesori mobil. Semua datang ke tempat saya. Pertanyaannya, apakah mampu? Kan tidak. Kalau begitu, jangan berpikir serakah.

Apa kunci sukses Anda dalam berwirausaha?
Arahannya harus jelas. Kita mau ambil segmen atas, menengah atau bawah. Demikian juga, bidikannya. Mau lebih fokus ke retail atau grosir. Hal tersebut bisa memudahkan dalam berjualan. Terpenting, nama baik juga harus dijaga agar berdampak ke suplayer semisal mendapat kemudahan dan mereka akan menyuport penuh. Misalnya, kalau bayar on time, kulakan tiap harinya juga bisa dibedakan dibanding toko lain yang pembayarannya amburadul.

Apa target anda saat ini?
Harapan saya, Garudajaya dapat menjadi top of mine. Misal toko buku, orang langsung berpikir ke Gramedia. Begitu juga orang ingin memodifikasi mobil, ya di Garudajaya. (tribunjateng/cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved