Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Opini

Inilah Keistimewaan Kerbau Kudus

Sejak dulu, ada banyak warung di Kudus yang menjual sate kerbau, soto kerbau dan pindhang kerbau yang dibuka sejak pagi sampai malam

dailymail.co.uk
Horizon. Kerbau dengan harga fantastis. 

TRIBUNJATENG.COM -- Kudus, selain terkenal dengan rokok dan jenangnya, juga terkenal dengan sate kerbau, soto kerbau dan pindhang kerbau. Siapa pun penikmat seni kuliner, setiap berada di Kudus, pasti akan mencicipi (dan kemudian ketagihan) nikmatnya sate kerbau, soto kerbau, dan pindhang kerbau. Kini soto kerbau, sate kerbau dan pindhang kerbau juga terkenal sebagai produk seni kuliner khas Jawa Tengah.

Sejak dulu, ada banyak warung di Kudus yang menjual sate kerbau, soto kerbau dan pindhang kerbau yang dibuka sejak pagi sampai malam hari. Sejak dulu, setiap warung sate kerbau, warung soto kerbau dan warung pindhang kerbau sangat terkenal sehingga sering didatangi oleh pengunjung dari jauh. Misalnya, meskipun warungnya berada di pelosok desa, namun pengunjungnya bisa berdatangan dari desa-desa lain.

Ada satu keistimewaan sate kerbau khas Kudus yang tidak dimiliki oleh produk seni kuliner lain. Bahwa sate kerbau juga tetap lezat disantap selagi masih hangat maupun ketika sudah dingin, pada pagi, siang dan malam. Dan, yang paling istimewa, karena sangat lunak dan lembut, sate kerbau bisa dinikmati oleh semua generasi, dari anak balita sampai kakek nenek yang sudah ompong sekalipun.

Lezat, lunak dan lembutnya sate kerbau memang menjadi ciri khasnya yang sangat istimewa. Berbeda dengan sate kambing atau sate ayam yang lazimnya kenyal atau bahkan keras sehingga sulit dinikmati oleh mereka yang giginya belum kuat (balita) dan bagi mereka yang sudah ompong.

Sate kerbau bisa lunak dan lembut, karena daging dan bumbunya memang ditumbuk atau dihaluskan sehalus-halusnya, agar enak dinikmati oleh semua orang, termasuk anak-anak balita dan orang-orang tua yang sudah tidak punya gigi lagi. Karena itu, banyak anak balita di Kudus setiap hari disuapi menu sate kerbau. Begitu juga banyak orangtua di Kudus (bahkan ketika sedang sakit dan nafsu makannya menurun) suka menikmati sate kerbau.

Kini, karena memiliki keistimewaan sebagai produk seni kuliner, sate kerbau, soto kerbau dan pindhang kerbau semakin sering menjadi menu utama dalam setiap pesta atau resepsi maupun jamuan-jamuan makan yang banyak digelar di Kudus. Kesannya jadi aneh jika ada pesta, resepsi atau jamuan makan di Kudus tanpa menu sate kerbau, soto kerbau dan pindhang kerbau.

Local Wisdom

Yang tak kalah menarik, sate kerbau, soto kerbau dan pindhang kerbau di Kudus ternyata memiliki sejarah panjang yang terkait dengan local wisdom yang dipopulerkan Sunan Kudus.

Konon, Sunan Kudus sengaja memopulerkan local wisdom tentang kerbau untuk dijadikan sate kerbau, soto kerbau dan pindhang kerbau untuk dinikmati oleh masyarakat Kudus terkait adanya pantangan menyembelih sapi karena sapi disakralkan oleh Umat Hindu.

Selain itu, di balik local wisdom tersebut ada juga maksud pendidikan politik terkait ontran-ontran di Pusat Kota Kerajaan Demak Bintara akibat amukan seekor kerbau yang direkayasa. Bahwa masyarakat hendaknya tidak licik memanfaatkan hewan seperti kerbau dalam merintis karier kekuasaan, karena kerbau sebagai hewan yang cukup kuat bisa dipelihara untuk kemudian dinikmati dagingnya yang memang halal serta untuk dimanfaatkan tenaga kuatnya dalam membantu kegiatan pertanian yang bermuara untuk kemakmuran bersama.

Dengan memanfaatkan kerbau secara natural, masyarakat akan memperoleh hasil yang baik secara turun-temurun di luar hiruk pikuk kekuasaan yang cenderung destruktif dan bengis. Dalam hal ini, masyarakat yang hidup sederhana akan bisa bahagia dan sejahtera jika mau memanfaatkan kerbau yang berbadan besar dan kuat.

Konkretnya, masyarakat bisa memelihara kerbau untuk kemakmuran dan kesejahteraan, karena kotoran kerbau yang relatif lebih banyak dibanding kotoran hewan lain bisa dimanfaatkan untuk pupuk pertanian, tenaga kerbau yang cukup kuat juga bisa digunakan untuk membajak sawah dan menarik gerobak, sedangkan daging kerbau yang bobotnya sangat berat bisa dimasak menjadi sate, soto dan pindang yang bergisi dan lezat.

Local wisdom tentang kerbau tersebut pada masa sekarang ini tentu tetap relevan untuk dipopulerkan. Karena itu, upaya meningkatkan populasi kerbau layak digalakkan di Kudus. Dalam hal ini, Pemda Kudus bersama jajaran perbankan layak membantu di bidang permodalan untuk mendorong masyarakat supaya bergairah memelihara kerbau.

Fenomena kelangkaan pupuk yang sering merisaukan petani maupun fenomena impor daging yang semakin membuat ketergantungan masyarakat pasti dapat dicegah atau tidak akan berlarut-larut jika masyarakat sudah bergairah memelihara kerbau sebagai usaha permanen yang bersifat primer maupun sekunder.

Untuk saat ini, kendala utama yang membuat masyarakat semakin sungkan memelihara kerbau adalah semakin berjejalnya rumah-rumah warga dan semakin menciutnya lahan pertanian. Kendala ini mungkin bisa diatasi dengan membentuk klaster-klaster peternak kerbau di wilayah-wilayah pertanian.

Jika didukung political will dan sistem yang ramah lingkungan, klaster-klaster peternak kerbau tentu berpotensi menjadi lahan bisnis baru yang menarik dan menyerap banyak tenaga kerja, yang bermuara pada swasembada daging kerbau dan pupuk kandang yang berdimensi luas demi terwujudnya kesejahteraan bersama. (*)

MM Bhoernomo
Sastrawan dan Pemerhati Kebudayaan

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved