Sinta Nuriyah Blak-blakan Ceritakan Kisah Cintanya dengan Gus Dur
Istri mendiang mantan Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid bersantap sahur di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Penulis: deni setiawan | Editor: galih pujo asmoro
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Istri mendiang mantan Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid bersantap sahur di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Kamis (16/6/2016) dini hari.
Suasana keakraban, kekeluargaan, dan kebersamaan tampak pada kegiatan Yayasan Puan Amal Hayati tersebut. Wanita kelahiran Jombang 8 Maret 1948 itu berkisah tentang masa perjumpaannya hingga menikah dengan Gusdur, sapaan akrab Abdurrahman Wahid.
Founder Yayasan Puan Amal Hayati tersebut menceritakan, kisah perjumpaan dan pernikahannya dengan Gusdur sangat mengesankan. Gusdur melamarnya, ujar Sinta di hadapan warga yang ikut sahur bersama, ketika cucu pendiri NU tersebut tengah menempuh studi di Bagdad, Irak.
"Dan di saat lamaran itu, saya menerima dan langsung nikah dengan mempelai perwakilan yang ada di Bagdad. Gus Dur nekad seperti itu mungkin karena dia takut saya diambil orang lain. Jadi begitu saya jawab iya (mau), saya langsung dinikahi," cerita Sinta.
Ibu empat anak itu juga tidak menampik jika kisah cintanya bersama Gus Dur, cukup banyak yang mengetahui. Tak terkecuali KH Mahfudz Ridwan yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro. Mahfudz adalah sahabat dekat Gus Dur ketika di Bagdad. Sehingga hampir seluruh kisah nekatnya ketika itu, sang sahabat mengetahuinya.
"Karena itu, saya tak canggung untuk bercerita di sini. Dan saya memang ada niatan untuk ke Edi Mancoro karena di sini ada sahabat Gus Dur, yang juga sahabat saya hingga saat ini. Saya berterimakasih sudah diberi kesempatan untuk berkunjung dan bersama-sama santap sahur di pondok pesantren ini," ungkapnya.
Di saat pernikahan, Sinta lanjut berkisah, ketika itu Gus Dur diwakilkan kepada KH Bisri Syansuri, seorang tokoh Nahdlatul Ulama, pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang Jawa Timur. Ia tak lain adalah kakek dari ibunda Gus Dur. Dan baginya, sangat nyaman menjadi istri dari mendiang Gus Dur.
"Gus Dur itu sosok panutan yang berhasil membawa bahtera rumah tangga kebahagiaan. Karenanya, menjadi istri Gus Dur dalam suasana apapun itu enak. Mau jadi presiden ataupun tidak, tidak ada bedanya. Karenanya hingga saat ini saya sangat bangga menjadi istrinya," ujar putri dari pasangan Siti Anisah Syakur dan Abdussyakur itu.
Dan menjelang santap sahur, dia kembali menegaskan jika Gus Dur tidak hanya mampu menjadi suami dan ayah untuk anak-anaknya. Dia juga sosok inspiratif dan panutan bagi siapapun.
Terpisah, Ketua Yayasan Edi Mancoro, KH Muhammad Hanif, kehadiran istri mendiang Gus Dur tersebut merupakan bagian dari rangkaian rutin yang diselenggarakan Yayasan Puan Amal Hayati di tiap Ramadan. Dan di tahun ini, Ponpes Edi Mancoro berkesempatan turut serta dalam Sahur Keliling Sinta Nuriyah Wahid tersebut.
Adapun tema yang diusung dalam kegiatan Sahur Keliling tahun ini, tak terkecuali di Ponpes Edi Mancoro Kabupaten Semarang yakni Dengan Berpuasa Kita Tingkatkan Kearifan dan Keteguhan Iman. Diinformasikan pula, Kamis (16/6/2016) bertempat di Gereja Yakobus Zebedeus Pudak Payung Kota Semarang, Sinta Nuriyah mengikuti kegiatan buka bersama. (*)