Liputan Khusus
Pengunjung Taman Margasatwa Semarang Keluhkan Minimnya Satwa
Menurut Ali, taman margasatwa tersebut sebenarnya menjadi salah satu lokasi wisata andalan bagi keluarga.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Ali Machmudi, warga Pedurungan, Kota Semarang, selalu menyempatkan waktu di akhir pekan untuk menemani kedua anaknya. Ali pun beberapa kali mengajak anaknya bermain di taman margasatwa atau kebun binatang di Mangkang, Kota Semarang.
Menurut Ali, taman margasatwa tersebut sebenarnya menjadi salah satu lokasi wisata andalan bagi keluarga. Selain banyak tempat bermain untuk anak, juga bisa menjadi wahana pembelajaran bagi anak-anak mengenai berbagai jenis flora dan fauna.
"Tapi dari beberapa kali ke lokasi Bonbin Mangkang itu, saya melihat begitu-begitu saja. Tidak ada penambahan satwa. Pengelolaannya juga terkesan stagnan, tidak ada kemajuan. Padahal itu objek wisata keluarga yang bagus," katanya pada Tribun Jateng, tengah pekan lalu.
Ia menuturkan, taman margasatwa justru cenderung lebih banyak menyediakan area permainan anak. Seperti waterboom dan wahana air lain. Justru, koleksi satwanya tidak begitu mencolok. "Saya berharap pengelolaannya semakin maju dengan dipenuhi aneka satwa," cetusnya.
Senada disampaikan Khomsatun, warga Pagendon, Kabupaten Kendal. Ia berharap taman margasatwa bisa lebih baik. Banyak potensi yang bisa dikembangkan, namun ia melihat pengelola seperti kesulitan berkembang. "Seperti pengembangan jumlah satwanya atau penataan lokasi. Ini kan bonbin, harusnya satwanya lebih banyak dan beraneka jenis sehingga pengunjung makin terpuaskan," katanya.
Khomsatun awalnya senang berkunjung ke Bonbin Mangkang. "Tetapi, lama kelamaan membosankan karena hanya melihat satwa serupa. Kalau satwanya ditambah lebih banyak, mungkin suasananya berbeda," ucapnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Margasatwa Semarang, Kusyanto menyatakan perhatian Pemerintah Kota Semarang pada Taman Margasatwa Semarang cukup baik. Ia mencontohkan, dana untuk pakan satwa sebesar Rp 750 juta per tahun dianggap mencukupi.
Mayoritas dana itu digunakan untuk kebutuhan daging konsumsi hewan karnivora yaitu lima harimau benggala, satu singa serta puluhan buaya. Tiap hari, pihaknya membutuhkan 30 kilogram daging untuk makanan hewan buas tersebut. "Daging sapi 10 kg per hari ditambah 20 kg daging ayam. Saya kira mencukupi. Buktinya para satwa beranak pinak, kami ada dua harimau benggala kecil," ucapnya.
Ia menyatakan kendala yang dihadapi Taman Margasatwa Semarang adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM). Saat pengunjung ramai, pihaknya kesulitan menjaga kebersihan. Alasannya, para petugas kebersihan juga merangkap sebagai penjaga wahana. Selain itu, banyak pengunjung yang memberi makan satwa dengan makanan yang aneh-aneh. "Monyet kadang dikasih makanan pedas, hal itu bisa bikin satwa sakit juga lho," katanya.
Kusyanto mengungkapkan, saat ini Pemerintah Kota Semarang sedang mengkaji status Bonbin Mangkang menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Perusahaan Daerah (Perusda). Tahun ini proses studi kelayakan sudah dimulai. Ada juga konsep redesain Taman Margasatwa Semarang hingga rencana penambahan satwa. Namun hal itu baru akan terlaksana ketika Bonbin Mangkang menjadi BUMD. Harapannya, pengelolaan jadi lebih profesional karena menjadi semiswasta.
Terkait animo pengunjung, tiap tahun ada peningkatan jumlah pengunjung. Pada 2014 jumlah pengunjung sekitar 280 ribu orang dan tahun 2015 sebanyak 300 ribu. "Kalau harian rata-rata 200an pengunjung. Liburan sekolah seribu hingga dua ribu orang. Libur Lebaran bisa sampai 10 ribu - 15 ribu jiwa," jelasnya. (tim)