Tenaga Kerja Tiongkok Kuasai Tambang Mineral di Indonesia
Tenaga Kerja Tiongkok Kuasai Tambang Mineral di Indonesia
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA- Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan memastikan tenaga kerja asal Tiongkok lebih banyak bekerja di pengolahan pertambangan mineral. Kehadiran mereka pun dianggap membantu sektor hilir industri pertambangan.
"Mereka banyak di industri mineral tambang khususnya di remote area," kata Putu kepada Tribun, Senin (18/7). Kendati demikian, Putu enggan membeberkan jumlah tenaga kerja asal Tiongkok di area pertambangan mineral tersebut. Ia menyebut, tenaga kerja Indonesia belum menguasai fasilitas pengolahan tambang mineral.
"Kita belum punya banyak pengalaman membangun fasilitas pengolahan pada skala industri," papar Putu seraya mengatakan, hal yang menghambat penggunaan tenaga kerja lokal lantaran wilayah operasi untuk sektor tambang mineral ada di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Untuk mendapatkan sumber daya manusia tersebut terbilang sulit.
"Sehingga Tenaga Kerja terampil kita di bidang itu sangat terbatas, apalagi di area terpencil," kata Putu.
"Memang kita masih butuh Tenaga Kerja asing untuk mempercepat penyelesaian," tambah dia.
Menurutnya, tenaga kerja asal Tiongkok tidak bersifat permanen. Mereka akan diganti bila ada tenaga ahli asal Indonesia sudah mencukupi.
"Tenaga Kerja asing tersebut sifatnya temporer dan selalu berganti-ganti tergantung kebutuhannya," ungkapnya.
Untuk diketahui, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat kucuran dana investor asal Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis Azha mengatakan, minat maupun realisasi investor Tiongkok terbilang kakap.
Dalam lima tahun terakhir, investor Tiongkok sudah membenamkan dana di dalam negeri sekitar 4,66 miliar dolar AS. Bermula pada 2011, investasi mereka mencapai 128,2 juta dolar AS. Satu tahun berselang, nilai investasi mereka sebesar 141 juta dolar AS. Kemudian, pada 2013 sebesar 296,9 juta dolar AS, 2014 senilai 1.472 juta AS, 2015 sebesar 2.164 juta dolar AS. Sedangkan, untuk periode triwulan pertama 2016, realisasi dari Tiongkok mencapai 464, 6 juta terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja.
"Investor Tiongkok ini sekarang banyak yang masuk ke smelter nikel, smelter bauksit, ada juga masuk ke industri semen dan mulai ada yang ke pembangkit listrik," tutur Azhar.
Pada pekan lalu, BKPM melakukan kegiatan pertemuan tujuh perusahaan Tiongkok yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia dengan sembilan perusahaan lokal yang siap bermitra.
Dari sembilan perusahaan lokal yang siap bermitra tiga perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak di kawasan industri yang siap menjadi pilihan lokasi bagi investor Tiongkok tersebut.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu mempercepat investor Tiongkok untuk dapat segera merealisasikan minatnya dalam menanamkan modalnya di Indonesia.
"Partner lokal merupakan salah satu aspek yang krusial dalam berinvestasi, kegiatan matchmaking ini mencoba untuk menjembatani hal tersebut. Masalah deal atau tidaknya itu urusan business to business," kata Kepala BKPM Franky Sibarani.
Dalam kegiatan tersebut, kata Franky, tujuh perusahaan Tiongkok yang ingin bermitra merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan investasi, tekstil, konstruksi, otomotif, perdagangan, pertanian, ekonomi digital dan sektor manufaktur. (tribunnews/faj/sen)