Elpiji 'Melon' Langka di Kabupaten Semarang, Warga Pakai Kayu Bakar
"Sudah 10-11 hari, saya menggunakan kayu bakar. Untungnya, di rumah ada tungku, sehingga bisa saya pakai untuk memasak," ujar Dina.
Penulis: Daniel Ari Purnomo | Editor: a prianggoro
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Dina Kamalia Muhammad sudah hampir dua minggu ini menggunakan kayu bakar untuk keperluan memasak. Warga Kebumen RT 01 RW 05, Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu menuturkan, penjualan gas elpiji tabung melon tiga kilogram di wilayahnya masih kosong.
"Sudah 10-11 hari, saya menggunakan kayu bakar. Untungnya, di rumah ada tungku, sehingga bisa saya pakai untuk memasak," ujar Dina.
Untungnya lagi, kata Dina, belum lama ini rumahnya sedang direnovasi. Sehingga ia tak perlu repot mencari atau membeli kayu bakar. Ia pun mengumpulkan kayu bekas rangka atap rumah, untuk dijadikan bahan bakar keperluan memasak.
"Kalau beli kayu bakar itu harganya capai Rp 15 ribu per bongkok. Satu bongkok bisa digunakan untuk keperluan memasak selama dua setengah hari," katanya.
"Saya biasa beli gas di warung. Tetapi sampai sekarang kok belum tersedia lagi. Masih kosong," imbuhnya.
Bila enggan memasak menggunakan tungku, Dina mengakali beli makanan siap saji. Selain itu, terkadang ia terpaksa membeli gas di warung berbeda desa.
"Harga gas melon masih Rp 20 ribu. Kalau pakai blue gas, saya tidak punya tabung. Jadi terpaksa isi ulang ke lain desa," tutur Dina.
Officer Communication and Relation Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jateng dan DIY, Didi Andrian Indra Kusuma berujar pihaknya langsung mengecek sejumlah pangkalan elpiji di Kabupaten Semarang.
"Berdasar hasil cek lokasi pangkalan, stok elpiji di Kabupaten Semarang masih aman. Hal ini akan kami awasi secara berkala," ujarnya, saat dihubungi Tribun Jateng.
Didi melanjutkan, "laporan warga akan kami terima dan akan ditindaklanjuti tim kami untuk penanganannya," tandasnya." (*)