Tim Gabungan Sampai Bendung Polder untuk Cari Bocah Hanyut di Sungai Tajum Banyumas
Tim Gabungan Sampai Bendung Polder untuk Cari Bocah Hanyut di Sungai Tajum Banyumas. Hingga kini belum membuahkan hasil.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: iswidodo
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Korban hanyut, Sutarno (15) di Sungai Tajum, Banyumas, Minggu (27/11) lalu, belum ditemukan. Komandan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banyumas, Adi Candra mengatakan, tim pencarian korban dari Tagana, Basarnas, dan sukarelawan telah berupaya keras melakukan pencarian sejak korban dinyatakan hilang.
"Sampai sore ini (Senin soreRed), usaha kami belum membuahkan hasil. Kami lanjutkan besok karena sudah malam," kata Adi kepada Tribun Jateng, Senin (28/11).
Dia menjelaskan, Sutarno, warga Wlahar, Kecamatan Wangon, hanyut di bendungan Sungai Tajum di Desa Tiparkidul, Ajibarang, Banyumas, Minggu lalu. Saat kejadian, sekitar pukul 14.00, korban bersama lima temannya mandi atau bermain air di bendungan. "Tanpa disadari, debit air mendadak meninggi, tiga anak terbawa arus," kata Adi.

Relawan dan warga membendung arus di bendungan Sungai Tajum, Banyumas, Senin (28/11/2016).
Dari ketiga anak yang terseret arus itu, dua di antaranya berhasil menyelamatkan diri. Sementara Sutarno, kata Chandra, hanyut terbawa arus. "Saat kejadian, lokasi sebenarnya hanya terjadi gerimis. Namun di hulu kaki gunung Slamet terlihat hujan deras," katanya.
Tim gabungan, kata Chandra melakukan pencarian dari titik nol atau tempat semula korban hanyut di bendungan Sungai Tajum. Mulanya petugas meyakini korban masih berada di dasar polder kedua bawah bendungan. Tim pun memutuskan untuk melakukan penyelaman ke dasar polder untuk mengangkat korban. Namun, derasnya arus membuat tim kesulitan melakukan penyelaman.

Relawan dari Tagana terus memantau kondisi arus Sungai Tajum, Banyumas yang menyeret tiga anak, Minggu (27/11/2016).
Akhirnya, kata Chandra, tim dibantu warga memutuskan untuk membendung arus dari polder satu agar air tak mengalir deras ke polder kedua. "Kami dibantu warga gotong royong membendung polder dengan 300-an karung pasir. Agar arus tak mengalir deras dan kami bisa menyelam," katanya
Usai polder berhasil terbendung, tim dan warga berjumlah 15 orang melakukan penyelaman dengan cara tradisional ke dalam polder kedua. Penggunaan alat selam, kata Chandra, tak memungkinkan lantaran jarak pandang kabur karena air terlalu keruh. Sayangnya, penyelaman yang dilakukan kurang lebih sejam mulai pukul 15.30 itu tak membuahkan hasil. Proses penyelaman pun dibarengi dengan hujan yang turun cukup deras. (tribunjateng/aqy)