Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

'Maido' dan Fitnah

Celakanya ungkapan maido itu bisa menjadi pesan berantai, bahkan lebih ekstrim menjadi caci maki berantai, berdasarkan sumber tak jelas

Tribun Jogja/ Angga Purnama
Aparat kepolisian mengamankan barang-barang milik terduga teroris di Troketon, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, Minggu (11/12/2016) malam. Penangkapan dan penggeledahan tersebut berkaitan aksi teror bom Bekasi 

TRIBUNJATENG.COM -- Pepatah bilang maido atau mencela itu gampang diucapkan tapi sulit kalau harus menjalaninya sendiri. Maido sangat dekat dengan istilah Jarkoni (Iso ngujar tapi ora iso ngelakoni).

Dalam kehidupan sehari-hari, satu hal paling menyebalkan bagi semua orang kalau ada orang suka maido. ‘Maido' adalah istilah bahasa Jawa yang kurang lebih artinya meragukan (sesuatu); mencela karena tidak percaya (pada perbuatan atau hasil pekerjaan orang lain).

Kini sering kita baca maraknya celaan di media sosial. Mereka mudah mencela orang lain, tanpa dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Malah isinya bukan sekadar celaan tapi cenderung fitnah.  Apalagi kalau si pencela tidak mempunyai kemampuan melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang yang dicelanya.

Celakanya ungkapan maido itu bisa menjadi pesan berantai, bahkan lebih ekstrim menjadi caci maki berantai, berdasarkan sumber (yang kemungkinan sumber itu tidak mengetahui duduk permasalahan sebenarnya).

Itulah kira-kira gambaran yang dialami jajaran Polri dalam peristiwa penangkapan sejumlah terduga teroris yang oleh sebagian orang dikatakan sebagai pengalihan isu.

Tuduhan ini telah membuat gerah kepolisian. Polri pun akan memproses secara hukum pihak-pihak yang menggulirkan isu bahwa pengungkapan kasus terorisme dalam beberapa hari terakhir adalah rekayasa, demi mengalihkan isu persidangan kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Mereka yang menuduh dan memposting dugaan rekayasa di media sosial, apabila tidak memiliki bukti dan data kuat, akan diperkarakan oleh polisi.

"Kita tidak main-main. Kalau tidak punya data‎ yang bisa dipertanggungjawabkan akan kami masalahkan," ujar Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Jumat (16/12) di Mabes Polri.

Tito menegaskan penangkapan para terduga teroris dalam beberapa hari terakhir adalah murni penegakan hukum.

Bila ada yang bisa membuktikan bahwa penangkapan terduga teroris adalah rekayasa dan pengalihan isu, Tito bahkan mengaku siap dicopot dari jabatannya sebagai Kapolri.

Mantan Kapolda Papua ini menambahkan pihaknya bersyukur bisa menggagalkan niatan kelompok teroris tersebut. Ia membandingkan kejadian di luar negeri dimana aksi bom bunuh diri akhirnya terjadi tanpa terdeteksi.

Sebenarnya, kalau boleh disederhanakan, momen penangkapan para teroris itu kebetulan terjadi di saat kurang tepat. Penangkapan bersamaan kasus yang menimpa Ahok tentang dugaan penistaan agama.

Kasus Ahok memang sangat sensitif, sehingga rawan ditarik-tarik ke segala lini. Namun perlu dipahami bahwa kasus ini sudah berjalan sesuai hukum yang berlaku.

Kita memang perlu ikut mengawalnya agar prosesnya berjalan sesuai prosedur hingga putusan nanti, namun harus pada koridor yang benar.

Semoga hakim memutuskan secara adil. Kita juga jangan menjadi orang yang hanya bisa ‘maido’, apalagi memfitnah serta menyebarkan kabar yang belum tentu kebenarannya. Semoga! (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved