Festival Semarangan
Penari Kuda Lumping Kerasukan dan Kejar Pria Baju Merah, Pengunjung Gebyar Pesona Pringapus Heboh
Delapan pemuda menari diiringi alat musik gamelan di Lapangan Kelurahan Klepu, Pringapus, Kabupaten Semarang
Penulis: Daniel Ari Purnomo | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Delapan pemuda menari diiringi alat musik gamelan di Lapangan Kelurahan Klepu, Pringapus, Kabupaten Semarang, Sabtu (11/2/2017) sore.
Mereka mementaskan tarian Kuda Lumping dari Paguyuban Eko Budhoyo, asal Klepu.
Properti yang digunakan adalah replika kuda terbuat dari anyaman bambu. Para pemuda itu menari bagai sedang menunggangi kuda.
Tabuhan gamelan serta aroma dupa menambah suasana semakin mistis. Terlebih, saat para penari diduga kerasukan kuasa tak kasat mata.
Ekspresi mereka sekejap berubah. Mata melotot, lidah pun menjulur. Para penari itu bersuara mirip kuda.
"Yang pakai baju merah, tolong menyingkir. Ayo, cepat menjauh dari lokasi," seru seorang pria paruh baya berbusana lurik, lengkap dengan blangkon.
Seketika, beberapa orang yang mengenakan atribut warna merah pun menjauhi lokasi. Meski demikian, ada satu pemuda yang tak hiraukan seruan pria paruh baya tadi.
Beberapa saat kemudian, ada penari tiba-tiba berlari ke arah pemuda berkaos merah itu. Ekspresi wajah penari itu tampak beringas.
Untung saja pemuda itu langsung ambil langkah seribu. Entah apa jadinya bila terlambat berlari. Penari pun dapat dikontrol sang pengasuh, lalu kembali menari.
Untuk menyadarkan para penari, beberapa pengasuh harus menyatukan dua replika kuda, salah satunya yang ditunggangi penari.
Posisi kuda harus berdekatan dalam posisi saling membelakangi. Bila sudah menyatu, penari dapat sadar dengan sendiri maupun dengan bantuan pengasuh.
Tarian itu dipentaskan paguyuban selama dua jam, dalam dua sesi.
"Para penari itu memang kerasukan roh dari alam. Inilah uniknya budaya Indonesia," kata pengasuh Paguyuban Eko Budhoyo, Guswidi.
Menurut Guswidi, tari Kuda Lumping atau Jaran Eblek adalah kesenian khas daerah Kabupaten Semarang. Mengisahkan perjuangan Ki Ageng Pandanaran melawan penjajah.
Uniknya, sebelum mementaskan tarian itu para anggota wajib berpuasa antara tujuh hari sampai 21 hari.
"Kalau saya sebagai pengasuh, puasa 100 hari. Ini masih puasa," ujarnya.
Guswidi berujar tarian Kuda Lumping mengandung pesan kerukunan, perjuangan, serta penanaman rasa cinta budaya bagi generasi muda, sebagai penerus.
Tarian Kuda Lumping itu merupakan satu dari sekian rangkaian acara Festival Semarangan Gebyar Pesona Pringapus, yang diselenggarakan Tribun Jateng bersama Paramex. Festival itu berlangsung selama dua hari, pada Sabtu dan Minggu (11-12/2/2017).
Puncak acara pada hari Minggu. Ada senam dan jalan sehat, serta pengundian hadiah utama satu unit sepeda motor. (*)