Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pilkada 2017

LUAR BIASA! Sabar Pun Gunakan Kaki untuk Mencoblos Pilihannya

Para penyandang disabilitas juga ikut menyemarakkan gelaran Pilkada serentak di berbagai daerah, Rabu (15/2).

tribunjateng/deni setiawan
Sabar Subadri (38) pelukis kaki asal Salatiga menggunakan hak pilihnya (mencoblos) di TPS 31 Jalan Kasuari Klaseman Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, Rabu (15/2/2017). 

TRIBUNJATENG.COM -- Para penyandang disabilitas juga ikut menyemarakkan gelaran Pilkada serentak di berbagai daerah, Rabu (15/2). Salah satunya adalah Sabar Subadri, difabel yang sehari-hari beraktivitas sebagai pelukis di Kota Salatiga.

Pagi itu Sabar (38) masih terlihat sibuk mengetik proposal di komputer pribadinya, tentang pameran tunggal yang akan digelar di Kota Semarang pada Mei 2017. Ia buru-buru menghentikan aktivitas setelah sang istri, Fahrul Nissa (23), memanggil dan mengajaknya berangkat ke tempat pemungutan suara (TPS).

Sabar yang mengenakan kemeja putih dan bercelana panjang warna hitam bergegas menghampiri Nissa. Sebelum berangkat, sang istri merapikan kancing pakaian Sabar yang terlepas.

Keduanya berangkat dari kediamannya di Galeri Saung Kelir Jalan Merak Nomor 56 Klaseman, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, menuju TPS 31, tak jauh dari rumahnya. Sebelumnya itu mampir ke rumah ibunya, Wiwit Rahayu (60), kemudian bersama-sama menuju TPS.

Untuk memasukkan surat suara ke dalam kotak, Sabar didampingi sang ibu. "Kalau istri tidak boleh karena belum menjadi penduduk Salatiga, masih warga Cepu (Blora). Tadi mengisi formulir C3 karena harus didampingi saat menggunakan hak pilih," kata Sabar.

Sekitar pukul 11.00, pria kelahiran 4 Januari 1976 itu langsung menuju bilik suara seusai dipanggil petugas. Di bilik itu, kaki bagian kanan Sabar beraksi. Dijapitnya alat coblos (paku) dan diarahkan ke surat suara yang sudah berlandaskan busa. Bilik suara tersebut ditempatkan di meja setinggi sekitar 1 meter. Terlihat, kaki Sabar sangat lihai.

Dia tidak kesulitan ketika harus mengangkat kaki ke atas meja. Gambar salah satu pasangan pun dipilihnya. Surat tersebut kemudian diserahkan ke ibunya untuk dimasukkan ke kotak suara.

"Umumnya setelah mencoblos, sebagai tanda bukti, jari tangan dicelupkan ke tinta. Tetapi saya tidak perlu mencelupkan jari. Alhamdulillah, saya sudah berpartisipasi dalam pilkada kesekian kalinya. Saya pasti berpartisipasi jika ada pilkada," ucap pelukis yang menggunakan kaki sebagai sarana melukis.

Sabar memuji kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memberikan kemudahan bagi para difabel untuk ikut Pilkada. "Saya yakin di daerah lain juga. KPU sudah memberikan kemudahan dan kenyamanan sehingga kami bisa memberikan suara," terang dia.

KPU Kota Salatiga juga menyiapkan template braille surat suara di setiap TPS. Total, ada 386 template yang disediakan. "Kami menyediakan masing-masing satu template di tiap TPS," kata Komisioner KPU Kota Salatiga, Suryanto. Template braille merupakan alat bantu bagi kaum tuna netra untuk memberikan suara. Berdasarkan data KPU, DPT Kota Salatiga berjumlah 129.930 jiwa. Total difabel yang terdaftar adalah 219 jiwa.

Di Jawa Tengah, partisipasi penyandang disabilitas pada pemilihan kepala daerah dinilai masih rendah. Dari sekitar 70 ribu kaum difabel yang tersebar di 14 kabupaten dan kota di Jateng, ada sekitar 50 ribu yang mempunyai hak pilih. "Tapi, hanya 35 persen yang menyalurkan hak pilihnya pada pemilihan kepala daerah," kata Ketua Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Jateng, Sunarman Sukamto, beberapa hari lalu.

Menurut ketua organisasi yang berfokus pada pendampingan kaum difabel itu, persentase partisipasi hingga 35 persen tersebut cenderung meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Isu difabel dalam pilkada mulai mencuat pada 2009 lalu. Sebelumnya tidak tersentuh sama sekali," imbuhnya.

Ia mengungkapkan ada beberapa penyebab minimnya difabel partisipatif pada pemilu. Di antaranya yakni sulitnya akses menuju TPS, masih banyaknya kaum difabel yang belum memiliki kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP), dan kesadaran memilih pemimpin yang masih rendah. (deni setiawan/mamdukh adi)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved