SUCCESS STORY
KISAH SUKSES, Gadis Cantik Ini Produksi Minuman Kemasan Berisi Sarang Burung Walet
Di usia 21 tahun, Jessica sudah memiliki bisnis Jumbo Bird's Nest produk minuman berbahan baku sarang burung walet.
Penulis: m zaenal arifin | Editor: iswidodo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Di usia 21 tahun, Jessica sudah memiliki bisnis. Lewat produk minuman berbahan baku sarang burung walet merek Jumbo Bird's Nest, Jessica berusaha menguasai pasar di Indonesia. Darimana ide dan bagaimana proses pemasarannya? Berikut wawancara wartawan Tribun Jateng M Zainal Arifin dengan Founder PT Jumbo Birdnest Indonesia, Jessica Indahsari, Sabtu (25/2).
Bagaimana Jumbo Bird's Nest lahir?
Saya itu kurang suka bekerja mengikuti apa yang sudah dijalankan orangtua dan keluarga. Saya menganggap itu sudah umum dilakukan. Orangtua punya usaha terkait sarang burung walet.
Tapi, saat saya membantu orangtua menjalankan usaha sambil putar otak mencari usaha yang tepat bagi saya, justru kepikiran menghasilkan produk yang tidak pasaran dari bahan baku yang sudah ada. Melihat lifestyle masyarakat sekarang ini ingin mengonsumsi makanan dan minuman sehat berbahan natural, akhirnya saya memilih produk minuman dari sarang burung walet yang mengadung banyak manfaat. Setelah trial dan trial, pada 2015, jadilah minuman Jumbo Bird's Nest ini. Minuman ini merupakan minuman kemasan dalam botol berukuran 100ml yang berisi sarang burung walet.
Bagaimana respon orangtua?
Awalnya, orangtua tidak setuju. Mereka khawatir kalau saya gagal. Ini kan usaha yang benar-benar memulai dari awal. Tapi saya terus meyakinkan dan bertahan. Sekarang, orangtua mendukung, bahkan membantu juga agar perusahaan saya semakin besar.
Berapa modal yang dibutuhkan untuk produksi awal?
Karena bahan baku sarang burung walet sudah ada dari orangtua, saya tak mengeluarkan banyak modal awal. Hanya sekitar Rp 200 juta.

Dari modal itu, saya gunakan untuk memproduksi Jumbo Bird's Nest dalam tiga varian, red label, black label, dan green label. Red label itu minuman berbahan sarang burung walet utuh, black label dari patahan sarang burung walet, dan green label dari sarang burung walet yang remuk. Harganya juga berbeda, untuk red label Rp 200 ribu, black label 100 ribu, dan green label Rp 75 ribu per botol. Itu sebabnya, sejak awal, kami membidik segmen menengah ke atas.
Di bulan pertama, saya memproduksi 150 botol atau masing-masing varian dibuat 50 botol.
======================================
Nama: Jessica Indahsari
Lahir: Semarang, 27 April 1996
Jabatan: Founder PT Jumbo Bird's Nest
Pendidikan:
-International College of Management Sydney (ICMS) Australia jurusan Hospitality Manajemen
-SMA Bina Bangsa Semarang
-SMP Maria Mediatrix Semarang
-SD Santo Yusuf Semarang
======================================
Sistem pemasaran apa yang Anda gunakan?
Sejak awal sampai sekarang, saya memang membidik pasar domestik atau Indonesia. Belum ada yang saya ekspor meski ke depan, kemungkinan itu ada. Dibantu 15 orang karyawan mulai bagian produksi sampai pemasaran, saya tak membuat toko fisik tapi menjual lewat sistem online. Saya promosikan lewat media sosial dan marketplace.
Dari situ, Jumbo Bird's Nest tak hanya dikenal warga Semarang tetapi sekarang sudah bisa mengirim ke hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk kota-kota besar, saya kirim ke Surabaya, Bandung, Jakarta, Manado, Medan, dan Makasar.
Bagaimana respon pasar?
Di awal, meyakinkan konsumen itu memang menjadi kendala. Apalagi, kami pendatang baru dan belum punya nama. Tapi saya tetap optimistis kalau produk ini bisa terima.
Sebagai perkenalan, dalam distribusi, saya berikan bonus dan promo. Penjualannya belum mulai kelihatan, sebulan paling hanya laku lima sampai sepuluh botol.
Sekarang, produksi saya sudah meningkat, sudah lebih dari 200 botol per varian per bulan atau 600 botol per bulan. Apalagi saat Imlek lalu, banyak permintaan sehingga produksi ditambah.

Ada kendala?
Nyaris tidak ada. Modal ada, bahan baku ada. Kendala hanya terasa di awal saat membuka pasar atau meyakinkan konsumen agar mau membeli produk kami.
Strategi dalam berkompetisi dengan produsen lain?
Mengalir saja, tidak ada ilmu khusus. Tapi, memang saya punya strategi dalam hal bahan. Saya gunakan bahan alami tanpa campuran apapun. Bahkan, gula saya pisah. Ini saja sudah membedakan dengan produk lain.
Soal kemasan, saya buat semenarik mungkin. Minuman dalam botol dan gula yang terpisah tadi, dikemas menyatu dalam kardus.
Ada target yang ingin dicapai?
Target sih nggak ada. Hanya, saya ingin masyarakat Indonesia menikmati minuman berkualitas dari sarang burung walet. Selama ini diekspor dan dinikmati negara lain. Padahal, sarang burung walet di Indonesia banyak, kenapa tidak dinikmati orang Indonesia sendiri. (tribunjateng/cetak/m zainal arifin)