Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Menelusuri Durian Langka Kamun Banjarnegara Yang Ruasanya Uenak!

Besar batang utama pohon tersebut seukuran tiga depa orang dewasa. Batang pohon itu tinggi menjulang.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
Tribun Jateng/Khoirul Muzaki
Pohon durian Kamun di Desa Bondolharjo, Kecamatan Punggelan Banjarnegara 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA -- Banyak penggila durian Kamun Banjarnegara harus gigit jari. Pesanan membeludak namun produktivitas durian Kamun tahun ini tak menggembirakan.

Sebuah pohon durian raksasa berdiri di tengah pemukiman di Desa Bondolharjo, Kecamatan Punggelan, Banjarnegara. Besar batang utama pohon tersebut seukuran tiga depa orang dewasa. Batang pohon itu tinggi menjulang.

Dahan-dahannya menjuntai di atas atap rumah warga di sekitarnya. Daunnya yang rimbun sebagian menjatuhi atap dan pelataran rumah karena terembus angin. Pohon itu melahirkan buah durian yang melegenda di Banjarnegara. Masyarakat menyebutnya durian Kamun.

Istilah itu diambil dari nama seorang yang diyakini menanam pohon itu, sekitar 200 tahun lalu. "Saya keturunan keempat dari kakek Kamun," kata Mudakir, pewaris pohon durian Kamun, Jumat (7/4).

Bukan hanya karena kesepuhannya yang membuat pohon raksasa itu melegenda. Pohon tua itu menghasilkan buah durian dengan kualitas rasa yang menggoda.

Durian Kamun berdaging tebal kuning, serta berbiji kecil. Kamun juga punya rasa khas yang ramah bagi lidah para penikmat durian. "Rasanya manis seperti susu, tapi ada pahitnya. Ini yang membedakan dengan durian lain," ucapnya.

Karena rasanya yang khas, Mudakir sampai kewalahan meladeni pesanan durian Kamun. Durian itu jadi rebutan para penggemar buah berduri itu. Bahkan, sejak Kamun masih berupa bunga, Mudakir sudah kebanjiran pesanan dari pelanggan, baik dari dalam maupun luar provinsi.

"Banyak juga pejabat pemerintah baik provinsi maupun pusat yang pesan. Kalau pesanan dari luar kota, biasanya saya titipkan travel," sambungnya.

Sayangnya, musim panen kali ini, Februari 2017, kurang menguntungkan bagi Mudakir. Pohon yang biasanya mampu memproduksi sekitar 600 durian Kamun, kini hanya berbuah 280 biji.

Cuaca ekstrem yang ditandai dengan tingginya intensitas hujan serta minim terik disebutnya berpengaruh terhadap produktivitas Kamun. Padahal, Mudakir telah menerima kurang lebih 1.200 pesanan dari pelanggan, baik melalui telepon atau pesan singkat (SMS).

Durian Kamun ia jual dengan harga antara Rp 150 sampai 300 ribu. Mudakir pun kebingungan karena jumlah produksi Kamun tak sebanding dengan tingginya pesanan. Alhasil, banyak pemesan yang akhirnya kecele. "Akhirnya saya bagi. Yang semula pesan 10 buah, saya kasih 1 atau 2, biar rata dapat semua," terangnya.

Uniknya, Durian Kamun hanya dihasilkan dari satu pohon tua. Mudakir telah mencoba membibitkan Kamun dengan metode cangkok dan okulasi. Harapannya, durian Kamun bisa diproduksi dari banyak pohon, untuk memenuhi permintaan yang terus mengalir. Sayangnya, pohon durian hasil pembibitan tersebut, hingga saat ini belum sesuai harapan.

Buah durian dari bibit Kamun yang ditanam di daerah lain memiliki rasa yang berbeda dengan pohon induknya. "Bibitnya sudah ada yang berbuah, tapi rasanya beda. Sehingga pesanan durian Kamun tetap saya ambilkan dari pohon induknya," jelasnya.

Penjabat Bupati Banjarnegara Prijo Anggoro beberapa waktu lalu membenarkan daerahnya memiliki banyak varietas durian yang berkualitas. "Durian berkualitas di Banjarnegara, seperti durian Simemang, Kamun, dan durian berkualitas asli Banjarnegara banyak dikembangkan oleh petani," kata Prijo Anggoro.

Banyaknya durian berkualitas di Banjarnegara, kata dia, menjadikan Banjarnegara layak jika dikatakan sebagai sentra durian. "Wilayah kecamatan seperti Madukara, Sigaluh, Punggelan, Bawang, banyak ditumbuhi tanaman durian," katanya.

Anggoro menambahkan bahwa durian Kamun merupakan salah satu yang terbaik di Banjarnegara. Untuk itu dia berharap ada upaya pelestarian varietasnya. "Durian Kamun harus dilestarikan apalagi jika ada pohon yang hanya satu saja, harus dilestarikan dengan cara memperbanyak jenis tanamannya dengan sentuhan teknologi pertanian tentunya," katanya. (khoirul muzakki)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved