Ramadan 2017
Parade Foto Kemeriahan Karnaval Dugderan di Semarang, Wujud Keberagaman Indonesia
Ribuan penonton memadati kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan yang dilalui peserta karnaval
Penulis: galih permadi | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Permadi
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Kemarin pagi, ribuan murid anak-anak TK, SD/MI, SMP/MTs se Kota Semarang mengikuti karnaval Dugderan yang digelar menyambut bulan puasa Ramadan.
Ribuan penonton memadati kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan yang dilalui peserta karnaval.
Regita Apriliani harus tampak anggun membawakan kostum dedaunan. Meski berat, siswi SDN Pakintelan 01 tersebut harus tetap tersenyum dan melayani penonton foto bersama. Agar tidak terlambat Regita harus bangun pukul 05.00.

"Kostum daun yang buat bu Guru. Persiapan sekitar satu setengah jam. Lumayan berat kostumnya. Saya latihan dua hari buat ngepasin kostum dan cara berjalan," kata Regita.
Puasa Ramadan tahun lalu, Regita mampu puasa sebulan penuh. Ia berharap Puasa tahun ini bisa sebulan penuh. "Puasa itu untuk belajar bersabar, menahan marah, dan jujur," ujarnya.
Berbeda dengan Regita, Aila Azzahra menampilkan pakaian adat manten Semarangan. Siswi SDN Pleburan 04 ini harus bangun pukul 04.00 agar tidak terlambat.
"Persiapannya dua jam dandan dan harus kumpul di Simpang Lima pukul 06.00," ujarnya. Puasa Ramadan, menurutnya menjadi bulan penuh berkah, juga untuk melatih kesabaran.

Selain memakai pakaian adat daerah, masing-masing peserta menampilkan berbagai atraksi mulai drum band, drum blek, hingga barongsai.
Bahkan ada ikon Festival Durian Semarang yakni anoman raksasa sembari membawa durian. Selain itu, peserta juga mengarak puluhan manggar dan warak ngendog. Keriuhan terjadi ketika penonton berebutan mendapatkan manggar.

Ada pun Warga Kedungmundu, Dewi tampak semangat berebut manggar yang dibawa peserta.
"Senang aja ramai-ramai rebutan manggar. Buat anak-anak," ujarnya sembari tersenyum.
Dewi mengapresiasi terselenggaranya Karnaval Dugderan. Selain untuk menyambut puasa Ramadan, karnaval Dugderan mengajarkan keberagaman dan kerukunan umat beragama di Kota Semarang.

"Tadi saya lihat ada peserta pakai pakaian adat daerah. Juga ada peserta non muslim yang ikut meramaikan. Ini membuktikan kota Semarang kota yang damai dan menghargai perbedaan dan keberagaman," ujarnya.

Meski berjalan lancar, Dewi menyarankan panitia untuk mensterilkan area karnaval dari kendaraan bermotor. "Tadi masih banyak motor atau mobil yang melintas di tengah keramaian.
Tentu membahayakan apalagi banyak anak kecil. Saya harap tahun depan bisa steril dari kendaraan bermotor saat karnaval berlangsung," ujarnya. (Galih Permadi)