Pilgub Jateng 2018
Widhi Handoko Incar Posisi Cawagub Jateng 2018
Deklarasi yang dilakukan di Hotel Gumaya Tower Semarang itu dihadiri sebanyak 33 pengurus Gerakan Nelayan Tani Indonesia (Ganti) se-Jateng.
Penulis: m nur huda | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Kader PDI Perjuangan, Widhi Handoko, pada Jumat (26/5), menggelar deklarasi untuk ikut berkompetisi dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2018. Widhi membidik posisi sebagai bakal calon wakil gubernur (wagub).
Deklarasi yang dilakukan di Hotel Gumaya Tower Semarang itu dihadiri sebanyak 33 pengurus Gerakan Nelayan Tani Indonesia (Ganti) se-Jateng. Termasuk dihadiri pengurus DPP Ganti. Ganti merupakan sayap organisasi PDI Perjuangan.
“Saya sudah mendapatkan izin dan restu dari DPP Ganti untuk ikut berkompetisi dalam pilkada Jateng yakni maju sebaga Cawagub Jateng,” katanya.
Widhi yang kini menjabat sebagai Ketua Ganti Jateng, mengaku, percaya diri untuk memeriahkan gelaran Pilgub Jateng. Menurut dia, setidaknya sebesar 62 persen masyarakat di Indonesia dan Jateng adalah petani dan nelayan. Potensi itulah yang membuatnya percaya diri untuk turut serta dalam pilgub.
“Bisa dibayangkan ketika kita bisa menguasai nelayan dan petani, sebenarnya kita telah mempunyai lebih dari 50 persen. Ini yang membuat saya percaya diri deklarasi,” jelasnya.
Widhi mengungkapkan, dalam waktu dekat akan segera mengambil formulir dan mendaftar di DPD PDI Perjuangan Jateng. Ia menegaskan, ketika pendaftaran penjaringan dibuka, ia akan langsung mendaftar.
“Ini menunjukan semakin banyak kader yang deklarasi berarti banyak kader yang berpotensi,” ujarnya.
Meski hanya sebagai kader melalui sayap partai, hal itu tak mengurangi kepercayaan dirinya. Widhi menilai, setiap kader partai memiliki hak untuk tampil. Selain itu, hadirnya kader dari sayap partai menunjukan kaderisasi selama ini berjalan baik.
Widhi menegaskan, siap dipasangkan dengan siapapun calon gubernur yang nantinya dipilih PDI Perjuangan. Semisal di PDI Perjuangan saat ini muncul kader partai yakni Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Bupati Kudus Musthofa.
“Orientasi saya adalah memperjuangkan harkat dan martabat nelayan dan petani di Jateng,” ucapnya.
Tidak main-main
Dalam kesempatan itu, Ketua Harian DPP Ganti, Dadang Mishal Yoftie mengapresiasi keberanian Widhi Handoko yang berani tampil. Ia berharap, tak hanya deklarasi tapi juga segera berlanjut sampai di pendaftaran dan seterusnya.
“Sebab pilkada tidak main-main, dan mengingat waktu (tinggal setahun-Red). Sebab biasanya dalam pilkada ada unsur strategi, energi, dan sinergi,” jelasnya.
Ia menilai, figur Widhi sangat potensial, karena selain sebagai Ketua Ganti Jateng, Widhi juga memiliki komunikasi baik dengan sejumlah mahasiswa, mengingat yang bersangkutan merupakan dosen di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, serta komunitas para notaris.
Dadang pun berharap, usai deklarasi Widhi segera bergerak secara optimal. “Persiapan harus maksimal, saya harapkan tim bisa bergerak optimal,” urainya.
Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jateng, Ahmad Ridwan berujar, PDI Perjuangan mempersilakan siapapun untuk ikut berkompetisi. Tetapi, tentunya harus sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan partai.
“Kalau dia selaku kader ya nanti harus mengikuti aturan main di partai,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, sampai saat ini DPD PDI Perjuangan Jateng masih menunggu rumusan dan petunjuk yang nantinya akan dikeluarkan DPP PDI Perjuangan. Termasuk kapan pelaksanaan pembukaan pendaftaran, syarat pendaftaran, dan lokasi pendaftaran.
“Sampai saat ini kami masih menunggu petunjuk dari DPP. Jadi kami masih belum tahu tempat daftar di mana dan apa saja syaratnya, dan sebagainya,” papar Dadang.
Ganjar Masih Punya Peluang Besar
Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Masruhan menegaskan, pihaknya siap memberikan dorongan pada siapapun yang ingin mencalonkan diri sebagai bakal calon gubernur (cagub), jika memiliki tekad ingin membangun Jateng minimal setara dengan provinsi tetangga.
Menurut dia, sejak zaman dahulu Jateng selalu tertinggal dengan provinsi lain. Baik dari aspek pendapatan daerah, investasi asing, dan lain-lain. Padahal, dari aspek historis tidak jauh berbeda, potensi alam pun tak kalah dengan provinsi lain, sumber daya manusia juga banyak yang unggul.
“Pertanyaan yang belum terjawab sejak dahulu kenapa Jateng selalu tertinggal. Jadi, siapapun yang bisa menjamin, meyakinkan Jateng bisa setara dengan dua provinsi Jatim dan Jabar, InsyaAllah jadi gubernur,” katanya, Kamis (25/5).
Masruhan menuturkan, angka kemiskinan di Jateng masih tinggi, yakni sekitar 13,19 persen. Sedangkan setahun ke depan ini adalah tahun politik, sehingga jika Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang baru menjabat satu periode bisa mencapai target-target itu, peluang di pilgub semakin terbuka.
“Untuk incumbent masih ada sisa waktu setahun ke depan mengejar ketertinggalan. Kalau ini bisa tercapai, Pak Ganjar sangat besar peluangnya. Karena kepemimpinannya langsung bisa dirasakan,” kata Ketua Komisi A DPRD Jateng itu. (*)