KASIHAN, Bayi 18 Bulan Menderita Sirosis Harus Jalani Cangkok Hati Rp 1,3 Miliar

Tubuhnya begitu kurus, mungil, dan tampak terkulai lemas. Lahir dengan nama lengkap Davino Rasyid Andriansyah, bayi berusia 18 bulan itu harus...

Editor: iswidodo
kompas.com
MENGGENDONG - Siti Zulaikah menggendong buah hatinya, Vino, yang tampak lemas akibat menderita penyakit sirosis, di rumahnya, Rabu (19/7). 

TRIBUNJATENG.COM - Tubuhnya begitu kurus, mungil, dan tampak terkulai lemas. Lahir dengan nama lengkap Davino Rasyid Andriansyah, bayi berusia 18 bulan itu harus menerima kenyataan pahit, setelah didiagnosa dokter menderita penyakit sirosis.

Penyakit sirosis menyebabkan organ hati Vino tak bisa berfungsi secara normal seperti manusia pada umumnya. Ia memang sudah terlihat beda sejak lahir. Warna matanya tampak begitu kuning.

Saat ditanyakan ke dokter, kelainan semacam itu bisa disembuhkan dengan cara berjemur dan asupan sayur-sayuran. Tetapi berselang tiga bulan, kondisi Vino tak kunjung membaik, bahkan terus menurun.
Karena kondisinya semakin memburuk, Vino lantas dibawa menuju RSUD Tidar Magelang. Awalnya, dokter mengatakan kalau ia menderita kolestasis atresia.

Tetapi setelah dirujuk ke RSUP Sardjito Yogyakarta, selang beberapa hari kemudian penyakit di tubuhnya sudah semakin parah dan dinyatakan positif terjangkit sirosis.

Vino berasal dari keluarga yang bisa dibilang tidak mampu secara ekonomi. Ayahnya, Andri Susanto (33), berprofesi sebagai sopir tembak truk pasir, dengan penghasilan yang tidak menentu.
Sementara ibunya, Siti Zulaikah (31), adalah mantan pembantu rumah tangga, yang sekarang tak dapat bekerja lagi karena harus merawat Vino.

Dengan perekonomian serba pas-pasan, keluarga yang tinggal di Dusun Kledok RT 02 RW 11, Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang itu masih harus menghidupi dua orang anak.
Vino memiliki satu kakak perempuan bernama Ririn Rismawati (9) yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Saat dikunjungi Tribun Jogja, Rabu (19/7), Siti tak henti-hentinya membelai kepala bayi mungil yang dikasihinya itu. Setali tiga uang, penyakit parah yang diderita Vino tak lantas mengurangi kecintaan Ririn pada adik kandungnya itu.

Beberapa kali, Ririn tampak mengecup dahi Vino yang terkulai lemas di gendongan sang ibu.
"Saat masuk RSUP Sardjito, kata dokter penyakitnya sudah sampai sirosis, lebih akut dan parah. Disuruh kontrol rutin, satu bulan sekali. Tapi, terus terang kami tak sanggup, karena keterbatasan biaya," ujar Siti.

Seiring berjalannya waktu, kesehatan Vino mendapat sedikit harapan ketika dokter yang menangani mengizinkannya untuk kontrol di RSU Muntilan, dengan biaya ditanggung BPJS.

Kebetulan, di rumah sakit setempat juga menyediakan obat-obatan yang sama. Tetapi, setelah melewati beberapa kali fase pemeriksaan, kondisinya tetap tak membaik.

Bahkan, lebih tragis lagi, dokter memvonis penyakit Vino tidak bisa disembuhkan, kecuali lewat jalan cangkok hati. Namun, biaya yang dibutuhkan untuk operasi itu teramat mahal, yakni mencapai Rp 1,3 miliar.
Sementara pihak BPJS menyatakan angkat tangan, tak sanggup membiayai keseluruhan, dan hanya bisa mengucurkan Rp 300 juta.

"Terus terang kami ingin Vino sembuh dan tumbuh seperti anak-anak lain. Tapi, dengan biaya cangkok hati yang semahal itu, tentu saja kami tidak mampu," terang Siti.

Perasaan sang ibu pun semakin tersayat, ketika dokter mengatakan kondisi Vino bakal semakin menurun seandainya tidak segera menjalani cangkok hati.

Benar saja, kondisi Vino terus memburuk. Belakangan, ia sering mengalami gangguan pernafasan. Akibatnya, pada Jumat (14/7) lalu, ia kembali dirujuk ke RSUP Sardjito.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved