Temuan Lengkap Fosil Gajah Ini Bisa Spektakuler
Temuan Lengkap Fosil Gajah Ini Bisa Spektakuler. News Analysis oleh Drs Rusyad Adi Suryanto MHum, Dosen Arkeologi FIB UGM
News Analysis oleh Drs Rusyad Adi Suryanto MHum, Dosen Arkeologi FIB UGM
TRIBUNJATENG.COM -Temuan fosil di Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah bisa disebut temuan menakjubkan. Perlu dipahami setiap organisme yang mati akan di-recycle oleh alam.
Saat hidup mereka butuh energi. Begitu pula saat mati, mereka akan mengembalikan energi untuk kelangsungan kehidupan lain. Secara teoritis, seharusnya tidak ada bukti itu.
Tetapi alam menyisakan sebagian masa lalu itu ke masa kini dalam keadaan relatif utuh lewat temuan fosil. Dari temuan ini nantinya akan didapat banyak informasi tambahan untuk peradaban manusia, yang sangat penting untuk keperluan penelitian arkeologi.
Tapi harus diakui, fosil di Grobogan bukan yang pertama. Karena sebelumnya, sudah ada temuan pertama untuk ordo Proboscidea di teras Menden di Dusun Sunggun, Kelurahan Mendalem, Kecamatan Keraden, Kabupaten Blora, Jawa Tengah tahun 2009.
Temuan ini relatif lengkap sampai 85 persen. Masuk dalam genus Elephas dengan spesies Elephas Hysundrindicus. Serupa temuan di Blora, temuan fosil di Grobogan perlu diteliti lebih lanjut dengan durasi yang cukup lama.
Sebagai gambaran, butuh waktu empat tahun untuk merekonstruksi temuan di Blora. Bukan tidak mungkin fosil temuan di Grobogan ini juga akan memerlukan waktu relatif sama untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan tentunya terperinci.
Menarik untuk disimak, karena jika nantinya ternyata genus dan spesies temuan fosil di Grobogan berbeda dibanding Blora, maka temuan ini akan menjadi spektakuler.
Pasalnya, hasil penelitian nanti akan menambah koleksi temuan kekerabatan ordo Proboscidea yang hidup di Indonesia. Akan banyak informasi yang bisa didapat dari hasil penelitian tersebut.
Seperti saat kita mempelajari sesuatu pasti ingin tahu asal usulnya. Asal-usul ini tidak sembarang tempat bisa menyisakan bukti.
Temuan kecil sebagai fragmen bagi ilmu pengetahuan sangat penting dalam konteks ini pada ordo Proboscidea. Hasil penelitian akan penting untuk menyusun pohon filogeni (kekerabatan) dan evolusinya dari masa lalu sampai masa kini.
Jika melihat gambaran yang ada berdasar ordo Proboscidea dengan indikasi merujuk genus Stegodon atau spesies Stegodon Trigonosepalus maka secara umur daerah Banjarejo sekitar 1,2 juta tahun lalu.
Di umur ini kemungkinan kondisi alam dan lingkungan di Banjarejo tidak jauh beda dengan kondisi alam di Sangiran, Sambungmacan, Mendenrejo, maupun Trinil.
Karena di beberapa contoh tempat dengan kesamaan kondisi tersebut, kemungkinan Banjarejo juga dihuni manusia. Sebagai contoh, di Sangiran juga ditemukan bukti adanya keberadaan Homo Erectus.
Meski demikian, masih perlu dilakukan penelitian dan ekskavasi relatif mendalam, luas dan lama untuk meneliti soal keberadaan manusia di Banjarejo.
Sedangkan untuk lingkungan Banjarejo kemungkinan berupa savana luas dengan diselingi beberapa pohon besar.
Ada beberapa aliran sungai untuk memenuhi kebutuhan air di daerah ini. Karena di Mendenrejo yang ditemukan secara umum adanya Proboscidea juga ditemukan kerbau purba yang tidak bisa hidup jauh dari sungai.
Gambaran alam seperti ini masih bisa dilihat sampai sekarang di Indonesia khususnya Indonesia di wilayah timur. Di Jawa bisa dikatakan Banjarejo mirip seperti Baluran atau Alas Purwo.
Atau juga daerah Flores maupun Timor yang masih banyak terdapat savana luas diselingi pohon-pohon besar dengan adanya aliran sungai. (tribunjateng/cetak/sus/tribunjogja)