Warga Lereng Gunung Slamet Pemalang Harus Tunggu Dua Hari untuk Dapatkan Air Bersih
Musim kemarau, warga di sejumlah desa di lereng Gunung Slamet Kabupaten Pemalang mulai kesulitan air bersih
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM,PEMALANG - Musim kemarau, warga di sejumlah desa di lereng Gunung Slamet Kabupaten Pemalang mulai kesulitan air bersih.
Sehari- harinya, warga Desa Gunungsari, Kecamatan Pulosari, Pemalang mengandalkan air bersih dari mata air Gunung Slamet yang dialirkan ke rumah mereka menggunakan selang yang disambung.
Namun, akhir- akhir ini, air yang mengalir ke rumah hanya dua hari sekali.
Kepala Desa Gunungsari, Teteg Winantea, menuturkan sudah beberapa bulan terakhir ini warga kesulitan air bersih.
Bahkan, warga harus menunggu selama dua hari untuk mendapatkan air bersih.
"Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, warga harus mengantre untuk dapat air bersih dari bak penampungan," ucapnya, Selasa (1/8/2017).
Namun, warga harus mengantre lama. Selain menyusutnya debit air, juga karena harus berebut dengan warga desa lain yang mengalami hal serupa.
"Lamanya menunggu akibat debit air terus menurun sejak dua bulan lalu hingga saat ini. Yang ambil di sumber mata air kan banyak juga dari warga desa lain. Jadi harus bergantian," kata Teteg.
Masyarakat kesulitan mencari air bersih untuk memenuhi kebutuhan, seperti mandi, mencuci, dan minum.
Ia dan sejumlah kades lain sudah melaporkan kejadian tersebut ke Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Ia berharap sumber mata air yang ada di lereng Gunung Slamet di Purbalingga diarahkan ke Pemalang.
"Barangkali bisa diupayakan sumber mata air di Purbalingga bisa dialirkan ke Pemalang. Katanya sumber air di sana (Purbalingga) lebih baik," ucapnya.
Selain Gunungsari, masyarakat dari beberapa desa juga mengalami kesulitan air bersih di Kecamatan Pulosari. Antara lain Desa Gambuhan, Penakir, Clekatan, Batursari, Siremeng, dan Jurangmangu.
Meskipun demikian, warga tidak bisa mengandalkan bak penampungan untuk mencukupi kebutuhan air bersih.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan PMI Pemalang telah mendistribusikan bantuan air bersih, namun tidak tercukupi.
Untuk memenuhinya, warga terpaksa harus membeli air bersih.
Seorang warga, Suroto (51) menyatakan warga kesulitan air bersih sudah sedari bulan Ramadan beberapa waktu lalu.
"Air mengalir tapi kecil. Kadang ada bantuan air bersih dari pemerintah. Kalau tidak ada ya beli," tandasnya.(*)