Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

HUT Kemerdekaan RI

Upacara di Bantaran Sungai Karangrandu Airnya Hitam Pekat dan Berbau di Pecangaan (VIDEO)

Ratusan warga Desa Karangrandu, Pecangaan Kabupaten Jepara menggelar upacara bendera di bantaran sungai, Kamis (17/8/2017).

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: iswidodo

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA – Ratusan warga Desa Karangrandu, Pecangaan Kabupaten Jepara menggelar upacara bendera di bantaran sungai, Kamis (17/8/2017).

Peserta upacara terdiri dari berbagai elemen masyarakat baik petani, pelajar, ulama dan perangkat desa setempat.

Sejumlah warga juga membawa poster sebagai bentuk keluhan atas tercemarnya air sungai. Di antara poster yang dibawa warga yaitu bertuliskan “Ireng Buasin Rak Iso Mancing” (Hitam Busuk Tidak Bisa Dibuat Mancing), “Ora Butuh Bondo Sing Penting Kaliku Dijogo” (Tidak Butuh Harta Yang Penting Sungaiku Dijaga), “Pak Jokowi Kami Rindu Sungaiku Yang Asri”. Di tengah jembatan penghubung bantaran sungai juga terdapat poster bertuliskan “KARANGRANDU LUMBUNG PADI JEPARA KALIKU OJO DIGAWE PECEREN”.

Upacara tersebut merupakan bentuk protes warga Karangrandu atas pencemaran sungai di desa tersebut. Sungai yang menjadi sumber kehidupan bagi mereka, sudah sejak 2015 tercemar. Satu bulan terakhir kondisi air di sungai tersebut makin memprihatinkan, berwarna hitam pekat dan berbau.

Syahlan, perangkat Desa Karangrandu dalam sambutannya sebagai inspektur upacara menuturkan, keberadaan sungai yang melintas di desa tersebut mengancam kehidupan warga. Karena, sungai tersebut selama ini menjadi sumber kehidupan warga.

Selain itu, keberadaan air sungai merupakan sumber irigasi bagi lahan pertanian yang ada di desa tersebut. Tercemarnya air sungai berdampak bagi hasil panen petani.

“Kami ingin pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten agar segera bertindak. Kami sebelumnya telah meminta agar pemerintah kabupaten segera melakukan hal-hal yang bisa memberikan solusi bagi tercemarnya air sungai di Karangrandu,” kata Syahlan.

Dia menambahkan, acara tersebut merupakan bentuk solidaritas warga desa atas keresahan akibat pencemaran air.

Di akhir upacara juga dibacakan pernyataan sikap oleh Muhammad Fida Busyro Karim selaku tokoh perwakilan masyarakat desa yang diikuti oleh seluruh peserta.

Dikatakannya, akibat pencemaran air sungai tersebut berimbas kepada lahan pertanian milik warga. Pasalnya, tidak kurang dari 320 hektar sawah tidak bisa ditanami padi lantaran air irigasi juga ikut tercemar. (Tribun Jateng/Rifqi Gozali)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved