Kala Suplier Pesimis Penerapan Harga Eceran Tertinggi untuk Beras, Ini Alasannya

Suplier beras di beberapa pasar tradisional di Semarang, Kasmi pesimistis harga eceran tertinggi (HET) beras bisa diterapkan oleh para pedagang.

Penulis: m zaenal arifin | Editor: bakti buwono budiasto
Tribun jateng/Alexander Devanda Wisnu
Bosri saat menjual beras kepada konsumen di Pasar Peterongan Semarang, Jawa Tengah. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Zainal Arifin

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Suplier beras di beberapa pasar tradisional di Semarang, Kasmi pesimistis harga eceran tertinggi (HET) beras bisa diterapkan oleh para pedagang.

Seperti diketahui, Pemerintah telah menetapkan HET beras yang efektif berlaku mulai 1 September 2017.

Untuk wilayah Jawa, pemerintah menetapkan harga beras medium Rp 9.450 per kg dan premium Rp 12.800 per kg.

"Musim panen sudah lama berlalu. Dan musim panen mendatang itu masih jauh. Saat ini saja kami suplier harus berebut beras di penggilingan," kata Kasmi saat ditemui Tribun Jateng di Pasar Karangayu, Semarang, Selasa (5/9/2017).

Dengan kondisi musim panen ini, katanya, otomatis stok di penggilingan menipis.

Baca: Hobi Desain? Ikut Lomba Desain Batik Semarangan, Simak Syaratnya! Total Hadiah Rp 15 Juta Lho

Jika sudah demikian, para suplier akan membeli beras dengan harga berapapun yang diminta oleh pihak penggilingan.

Dampaknya, jika suplier tidak sepakat dengan harga yang ditawarkan, maka harus rela untuk tidak menyuplai beras ke pedagang.

"Kalau stok beras menipis pasti harga naik. Kalau kami sebagai suplier tidak mengikuti harga dari penggilingan, berapapun mintanya, terpaksa berhenti dulu. Nunggu harga turun," papar suplier asal Demak ini.

Baca: Pertamina Bikin Hashtag #banggapakenonsubsidi Gara-gara Masyarakat Ketergantungan Elpiji Subsidi

Hanya saja, dengan adanya penetapan HET tersebut diharapkan dapat membatasi kenaikan harga beras yang acapkali terjadi saat jeda musim panen seperti ini.

Sehingga, suplier masih tetap membeli beras dari tempat penggilingan dan pedagang juga menjual ke masyarakat dengan harga stabil.

"Dengan dibatasi justru bagus biar harga tetap stabil. Tidak naik turun tidak pasti. Karena kalau beras lokal itu mudah berubah harganya tergantung stok dan musim," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved