Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Polres Banyumas Amankan 35 Orang yang Berkemah di Baturraden, Ada Apa?

Polres Banyumas mengamankan sekitar 35 orang yang sedang kemah di bukit Cendana kaki gunung Slamet Baturraden.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: bakti buwono budiasto
Istimewa
Camping sebelum menikmati sunrise Bukit Njelir 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Polres Banyumas mengamankan sekitar 35 orang yang sedang kemah di bukit Cendana kaki gunung Slamet Baturraden.

Mereka dilaporkan meresahkan warga dusun Kalipagu desa Ketenger, Baturraden.

Dusun Kalipagu merupakan wilayah pinggir hutan yang menjadi akses utama menuju bukit tersebut.

Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dusun Kalipagu Purnomo mengatakan, warga merasa resah dan jengkel terhadap keberadaan kelompok itu di hutan.

Keresahan warga bermula ketika mereka hendak naik ke hutan melewati dusun Kalipagu tanpa menunjukkan rasa hormat ke warga yang ditemuinya, Rabu (20/9/2017).

Baca: Sandang Nama Aidit, Sejak Umur 6 Tahun Ilham Sudah Merasa Hidupnya Bakal Sulit

Menurut Purnomo, rombongan itu mendaki hutan secara bertahap.

Rombongan pertama berjumlah sekitar 5 orang yang datang pada Rabu (20/9/2017) sore.

Rombongan selanjutnya menyusul kemudian hingga malam hari.

"Kalipagu itu wilayah kami. Jadi kalau melewati warga di jalan seyogyanya ada sopan santun. Tidak sopannya mereka itu yang bikin warga resah,"katanya, Kamis (21/9/2017).

Berawal dari perilaku yang dianggap tak mengenakkan, timbul kecurigaan terhadap aktivitas mereka di hutan.

Purnomo bersama warga lain kemudian memutuskan menyusul rombongan itu yang telah berkumpul di bukit Cendana lereng gunung Slamet.

Baca: 1 Muharram 1439 H, Masyarakat Desa Susukan Gelar Merti Sendang

Warga sengaja mendatangi kelompok itu untuk mengklarifikasi perihal asal usul serta kegiatan mereka di hutan.

Klarifikasi itu dinilainya wajar lantaran LMDH merasa tidak pernah memberikan izin atau menerima pemberitahuan terkait aktivitas mereka di hutan sebagaimana prosedur yang selama ini berjalan.

Warga semakin merasa janggal saat mereka kebingungan menjawab pertanyaan yang diajukan warga.

"Jawabannya berbelit-belit dan bingung menunjukkan lokasi serta kegiatan mereka apa,"katanya

Purnomo mengatakan, LMDH berhak tahu segala aktivitas masyarakat di hutan lantaran lembaga itu memikul tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan kawasan hutan.

Karena itu, Purnomo mengaku tidak mempermasalahkan latar belakang organisasi kelompok itu.

Baca: Kenang Bencana Kekeringan Tahun 70-an, Warga Kudus Ini Gelar Ruwatan di Sendang Widodari

Pihaknya juga tidak mempersoalkan temuan barang bawaan mereka berupa senjata tajam dan bendera bertuliskan huruf Arab.

"Kami hanya meresahkan sikap mereka yang tidak sopan serta legalitas mereka berkegiatan di hutan. Soal organisasi atau benda yang mereka bawa itu bukan urusan kami,"katanya

Perwakilan kelompok Umar mengatakan, pihaknya menggelar aktivitas wajar di hutan, yakni kemah selama sehari semalam.

Kegiatan itu dalam rangka merayakan malam pergantian tahun baru Hijriah 1 Muharram.

Sementara kegiatan yang pihaknya lakukan selama di hutan adalah berkumpul biasa dan membaca Al Quran.

Kegiatan itu menurut dia merupakan inisiatif bersama untuk memperingati malam 1 Syuro, bukan atas komando orang atau kelompok tertentu.

Baca: Prit! PSIS Semarang Taklukkan PSMS Medan 2-1, Begini Jalannya Pertandingan

"Kegiatan kami camping, tahfiz Quran dan kumpul-kumpul di sana,"katanya

Adapun bendera dan topi bertuliskan Arab yang dibawa pihaknya tak berkaitan dengan organisasi tertentu yang dilarang pemerintah.

Kain bertuliskan kalimat Tauhid itu disebutnya bendera umat Islam, bukan milik kelompok atau organisasi tertentu.

Sementara senjata tajam atau golok yang mereka bawa tak lebih untuk keperluan perkemahan di hutan.

"Itu untuk keperluan camping,"katanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved