KISAH Anif Anak Tukang Becak yang Jualan Jagung Jadi Pelopor Pemuda Nasional

KISAH Anif Anak Tukang Becak yang Jualan Jagung Jadi Pelopor Pemuda Nasional 2017. Dia jualan jagung untuk beli Alquran dan iqro

Penulis: khoirul muzaki | Editor: iswidodo
tribunjateng/khoirul muzaki/ist
KISAH Anif Anak Tukang Becak yang Jualan Jagung Jadi Pelopor Pemuda Nasional. Dia gerakkan pemuda desanya jualan jagung untuk beli iqra dan Alquran serta buku bacaan anak-anak di Purbalingga 

TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Keterbatasan ekonomi tak menjadi alasan bagi seorang untuk berbuat baik dan bermanfaat bagi lingkungannya. Hal itu seperti dilakukan Anif Muchlasin (22), yang berhasil menggerakkan remaja di lingkungannya untuk memajukan pendidikan bagi anak desa.

Warga RT 05 RW 07 Desa Karangtengah, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga itu hanyalah pemuda desa sederhana. Pendidikan S1 Anif pun tercatat diraih atas biaya pemerintah melalui program Bidikmisi.

Ayahnya, Hadi Suyono, hanyalah seorang tukang becak dengan penghasilan tak menentu. Sementara ibunya, Miriyah, sekadar ibu rumah tangga biasa.

Anif Muchlasin (22), yang berhasil menggerakkan remaja di lingkungannya untuk memajukan pendidikan bagi anak desa.
Anif Muchlasin (22), yang berhasil menggerakkan remaja di lingkungannya untuk memajukan pendidikan bagi anak desa. (tribunjateng/khoirul muzaki/ist)

Namun, keterbatasan itu tak menghalanginya untuk membuat perubahan positif di daerahnya. Anif rela berjualan jagung keliling desa demi mewujudkan ambisinya.

Hasil dari berjualan jagung itu ia tukar dengan buku Iqra dan buku-buku bacaan lain. Dengan modal terbatas, Anif memberanikan diri membuat taman baca dan tempat belajar Alquran.

Pada 2010 lalu menjadi titik awal bagi pemuda lulusan Universitas Sunan Ampel Surabaya itu merintis kepeloporan bidang pendidikan di kampungnya. "Saya harus mengumpulkan uang dulu, karena keluarga saya hidup pas-pasan," katanya, Rabu (27/9).

Rintisannya kemudian berkembang menjadi sebuah komunitas bernama Komunitas Remaja Lentera Hati (KRLH). Komunitas itupun mendidik katalisator muda di desa.

Kekuatannya untuk membuat perubahan di desa pun bertambah karena didukung sejumlah pemuda desa yang berpikiran sama.

Ia dan beberapa temannya berjualan jagung keliling milik warga untuk menunjang kegiatan kemanusiaan mereka. Laba hasil berjualan jagung itu dipakai untuk melengkapi koleksi buku dan perlengkapan taman bacaan Alquran.

Atas prestasinya mempelopori pendidikan di desa, Anif sempat meraih juara I Pemuda Pelopor tingkat Jateng pada 2017. Anif kemudian diusulkan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Jateng untuk mengikuti lomba yang sama tingkat nasional.

Anif harus bersaing dengan 18 pemuda pelopor laina se-Indonesia dari 17 provinsi. Tetapi, penghargaan bukanlah yang menjadi misi utamanya. Menurut dia, KRLH dibentuk atas dasar keprihatinan terhadap problematika remaja, antara lain terkait dengan kasus narkoba, akses media porno, kasus aborsi, tawuran, dan geng motor.

Anif mengaku mengadopsi metode Unesco untuk gerakan kepeloporannya, yakni Learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

Sejak dibentuk pada 19 Agustus 2010, KRLH kini telah meluluskan tiga generasi. Sekarang tercatat sebanyak 68 remaja yang tengah dididik komunitasnya.

"Setelah keluar dari KRLH, saya harap mereka bisa menjadi bibit unggul di masyarakat dan menjauhi perbuatan negatif," papar Anif, yang kini tengah menempuh pendidikan sekolah Pascasarjana Ketahanan Nasional dengan konsentrasi Pengembangan Managemen Kepemimpinan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta atas beasiswa dari Kemenpora.

Tim Penilai Pemuda Pelopor Tingkat Nasional, Miftah Zaeni menyatakan, pelopor adalah seorang yang memulai sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Jika sesuatu itu sudah dimulai orang lain, dia bukan pelopor, melainkan pelestari.

"Pemuda pelopor harus memiliki ide, inovasi, dan kreasi yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain atau masyarakat di sekitarnya,” terang dia.

Zaeni menilai, kiprah KRLH akan lebih dikenal masyarakat luas jika mampu menguasai media. Dalam hal ini, pengelola diminta membuat website agar kegiatannya banyak dibaca orang.

Pengelola juga perlu memanfaatkan media promosi melalui media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, atau Youtube. “Eranya sekarang perang media. Pemuda pelopor harus berani memanfaatkan peluang promosi melalui media itu,” ucapnya. (Tribunjateng/cetak/Khoirul Muzakki)

Sumber: Tribun Jateng
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved