Ada Tradisi Unik di Desa Arenan Purbalingga, Sapi Sembelihan Diarak sebagai Tolak Bala
Awal mula ritual berawal dari musibah yang terjadi secara beruntun di dukuh itu pada masa silam.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: abduh imanulhaq
Di komplek masjid, daging dan tulang sapi dipisahkan.
Tulangnya kemudian dikubur di ujung dusun sebagai syarat ritual.
"Dulu yang dikubur kepala dan ekor sekarang tulangnya saja," kata pemuka masyarakat Arenan, Khamidi, kepada Tribunjateng.com.
Menurutnya, tradisi pemotongan sapi ini telah berlangsung sejak era nenek moyang.
Awal mula ritual berawal dari musibah yang terjadi secara beruntun di dukuh itu pada masa silam.
Konon, wilayah yang sekarang termasuk Desa Arenan dahulu merupakan tempat penampungan bangkai-bangkai hewan yang jadi santapan binatang buas.
Dalam perjalanannya, wilayah itu dihuni penduduk.
Selanjutnya berkembang menjadi sebuah pemukiman yang sekarang dikenal sebagai Grumbul Gligir Sapi.
Aneh, berbagai kejadian tak wajar sering melanda wilayah itu sejak menjadi kampung.
Warga sering meninggal mendadak dan beruntun, semisal bunuh diri atau jatuh dari pohon.
Bahkan, jelas Khamidi, pernah dalam satu hari ada dua hingga tiga warga meninggal tiba-tiba.
"Jadi lahat bagi jenazah yang satu belum selesai digali, sudah ada yang meninggal lagi," tuturnya.
Jelas saja fenomena itu membuat warga lain waswas.
Mereka pun mengirim perwakilan ke rumah seorang pintar guna meminta petunjuk agar petaka bisa berhenti.
Ternyata keluar petunjuk agar warga mengadakan ritual pemotongan sapi setiap sewindu atau delapan tahun sekali.